Kamis, 27 Mei 2010

PERJUANGAN PEREMPUAN INDONESIA

Lebih dari seratus tahun lalu Kartini meninggal, empat hari sesudah melahirkan anak pertamanya. Dokter Belanda sebelumnya mendiagnosis tidak ada masalah pada kesehatan Kartini pasca melahirkan. Namun, beberapa jam setelah dokter pergi, Kartini menurun kondisinya lalu meninggal. Kartini bukan orang miskin. Sebagai istri bupati ia mendapat pelayanan yang optimal.
Sebagai Reden Ayu (suaminya punya tiga istri), Kartini menderita secara fisik dan psikologis. Selama hamil ia sakit-sakitan dan makin parah menjelang melahirkan. Kartini meninggal pada usia 25 tahun (sepuluh bulan setelah menikah).
Akhir maret 2010, pemerintah menyelenggarakan rapat koordinasi nasional. Tujuannya, meningkatkan sinergi pusat daerah untuk mencapai Millenium Development Goals (MDGs) terutama poin 1 (kemiskinan), 4 (menurunkan angka kematian bayi/AKB), 5 (meningkatkan kesehatan maternal). Sebuah peneliti menyebutkan: Menurunkan angka kematian ibu sesuai target MDGs 2015 sulit dicapai. Sebuah sumber memberitakan, pemerintah gagal memperbaiki kondisi kesehatan ibu (AKI) masih 228 per 100.000 kelahiran hidup. Dengan kemajuan teknologi kedokteran di Indonesia, ibu meninggal karena komplikasi melahirkan seharusnya tidak terjadi.
Dalam pradigma baru, upaya penurunan AKI dikaitkan dengan kemiskinan global dan jadi salah satu tujuan MDGs. Apa ciri-ciri ibu miskin di Indonesia? Ia miskin gizi, miskin pengetahuan kesehatan reproduksi, miskin waktu memeriksakan kesehatan, miskin keterampilan meningkatkan status ekonomi keluarga, miskin akses pelayanan kesehatan dan KB berkualitas, miskin perahatian dari lingkungan social budaya yang membiarkan terjadinya perkawinan dan kehamilan usia dini dan menganggap biasa perempuan hamil makan terakhir, tidur terakhir, dan bangun terpagi. Kemungkinan tidak tercapainya MDGs oleh indicator angka kematian ibu melahirkan yang masih tinggi dan pencegahan HIV/AIDS.
Jangan diskriminatif
Meningkatkan kesehatan maternal memerlukan nilai, sikap, dan perilaku yang tidak mendiskriminasikan hak-hak perempuan. Pada zaman Kartini diskriminasi dilakukan keluarga, pejabat bumi, dan politik pemerintah Belanda. Sekarang, diskriminasi dilakukan pejabat pusat daerah, tokoh masyarakat, dan tokoh agama.
Peningkatan kesehatan ibu miskin masih dihadang mitos “ibu meninggal karena melahirkan akan masuk surga” oleh suami yang menentukan apa yang boleh dilakukan terhadap istri yang kehamilannya bermasalah dan bisa berakibat fatal, dan oleh petugas kesehatan yang tidak berperspektif gender. Melahirkan bayi sehat oleh ibu yang sehat fisik, mental, dan social bukan isu perempuan, melainkan isu social budaya politik bangsa. AKI tinggi selama bertahun-tahun adalah dampak pembiaran pelanggaran hak-hak perempuan yang tergolong kejahatan terhadap kemanusiaan.
Perjuangan perempuan untuk pengakuan hak seksual dan kesehatan reproduksi sejak paruh abad lalu telah banyak dicapai. Hak mengatur jarak dan jumlah kelahiran telah diakui banyak Negara. Kriminalitas aborsi yang bersumber pada kepercayaan dan diperkuat sumpah Hyepocrates dimulai sejak pembuahan, mulai ditinggalkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar