Banjir sungai Citarum semakin meluas pada Rabu (24/3), merendam 10 kecamatan dengan 15.510 rumah di Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Sehari sebelumnya, sembilan kecamatan dengan 9.561 rumah terendam air setinggi rata-rata tiga meter. Dampak banjir yang meluas di 10 kecamatan tersebut memicu tanggapan Bupati Karawang Dadang S Muchtar yang menyayangkan upaya pengendalian banjir yang di nilai terlambat itu. Seharusnya sejak awal mengoptimalkan pelepasan atau penggelontoran air waduk untuk mencegah banjir di Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum di Karawang dan di Bekasi.
Diperkirakan banjir di Bandung Selatan disebabkan oleh dua faktor, yaitu curah hujan di atas rata-rata selama beberapa hari dan adanya perubahan areal tangkapan hujan di kawasan hulu. Upaya teknis pun belum dilaksanakan di daerah yang rawan banjir tersebut. Bebarapa hari menjelang banjir, jelasnya, stasiun dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) di Bandung mencatat curah hujan yang lebat terjadi pada tanggal 17 Maret mencapai 48 mm. Pada tanggal 19 dan 20 masing-masing tercatat 17 dan 21 mm. Meskipun hujan lebih sedikit, telah terjadi akumulasi curah hujan yang terjadi sejak awal Februari di DAS Citarum.
Kondisi aliran Jati Luhur mengalami puncaknya pada pukul 24.00 WIB Minggu (21/3) dengan tinggi permukaan air 108,41 m dan sekitar pukul 13.00 WIB Senin (22/3) setinggi 108,35 dungan total outflow 676,15 meter kubik per detik. Akibatnya terjadi limpasan di empat kecamatan di Bekasi.
Upaya yang dilakukan untuk mencegah agar aliran di waduk tidak tersumbat hingga mengancam fungsi waduk, PJT II berupaya menahan karamba apung agar tidak terhanyut dan terbawa masuk ke morning glory. Selain itu, juga dilakukan pengaturan operasi tiga waduk (Saguling, Cirata, dan Jati Luhur) secara terkoordinasi. Dalam jangka panjang, yaitu dalam kurun waktu 30 tahun ke depan, Bappenas telah menyusun Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu DAS Citarum, yang mencakup tujuh bidang utama, antara lain infrastruktur, lingkungan, pemberdayaan masyarakat, dan pengelolaan program, dengan menekankan pada aspek kolaborasi para pihak terkait.
Selain merendam 10 kecamatan dengan 15.510 rumah di Kabupaten Karawang, Jawa Barat, banjir juga terjadi di Kalimantan Timur dan Sumatera Utara. Longsor disertai banjir Lumpur menerjang empat desa di Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara. Dalam peristiwa itu, tiga orang tewas, empat rumah lenyap terbawa terjangan banjir, serta satu surau dan empat rumah rusak berat.
Di Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, banjir akibat jebolnya tanggul penampungan di empat lokasi panambangan batu bara di Kecamatan Tenggarong, Jumat (2/4), hingga Minggu merendam sejumlah penduduk. Jebolnya tanggul terjadi karena tingginya curah hujan beberapa hari ini dan pada saat bersamaan air Sungai Mahakam sedang pasang. Akibatnya, di Mngkuraja saja sedikitnya ada 1.287 keluarga yang rumahnya terendam banjir.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar