Kamis, 29 Desember 2011

MAKALAH PSIKOLOGI LINTAS BUDAYA (SUKU SUNDA)

Nama Kelompok :
Ade Irma Suryani (10509440)
Andita Guska Setia Reni (16509082)
Herlinda Wongso (11509462)
Rizky Septiani (16509494)
Yurika Purnama Sari (13509575)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Bahasa adalah alat atau perwujudan budaya yang digunakan manusia untuk saling berkomunikasi atau berhubungan, baik lewat tulisan, lisan, ataupun gerakan (bahasa isyarat), dengan tujuan menyampaikan maksud hati atau kemauan kepada lawan bicaranya atau orang lain. Melalui bahasa, manusia dapat menyesuaikan diri dengan adat istiadat, tingkah laku, tata krama masyarakat, dan sekaligus mudah membaurkan dirinya dengan segala bentuk masyarakat.Bahasa memiliki beberapa fungsi yang dapat dibagi menjadi fungsi umum dan fungsi khusus.Fungsi bahasa secara umum adalah sebagai alat untuk berekspresi, berkomunikasi, dan alat untuk mengadakan integrasi dan adaptasi sosial.Sedangkan fungsi bahasa secara khusus adalah untuk mengadakan hubungan dalam pergaulan sehari-hari, mewujudkan seni (sastra), mempelajari naskah-naskah kuno, dan untuk mengeksploitasi ilmu pengetahuan dan teknologi.

Bahasa-bahasa daerah atau minoritas adalah bahasa-bahasa yang:

1) Secara tradisional digunakan dalam wilayah suatu negara, oleh warga negara dari negara tersebut, yang secara numerik membentuk kelompok yang lebih kecil dari populasi lainnya di negara tersebut; dan

2) Berbeda dari bahasa resmi (atau bahasa-bahasa resmi) dari negara tersebut.

Betapa pentingnya sebuah bahasa dalam kebudayaan hingga setiap daerah memiliki gaya bahasa yang berbeda-beda. Salah satunya adalah penggunaan bahasa Sunda (Jawa Barat) adalah salah satu dari sekian bahasa daerah yang ada di Indonesia.Tetapi saat ini generasi muda sudah mulai terasa sedikit demi sedikit menghilangkan kebiasaan berbahasa sunda, hilangnya kebiasaan berbahasa Sunda di kalangan generasi muda tidak terlepas dari peran orang tua.Karena, banyak para orang tua yang tidak lagi membiasakan berbahasa Sunda kepada anak-anaknya.Selain itu, pengaruh budaya asing yang masuk melalui televisi dan internet turut berperan mengikis kebiasaan berbahasa Sunda.Pengaruh budaya asing pun telah membangun paradigma baru yang mengesankan bahasa daerah sebagai bahasa tertinggal.Hal itu terjadi terutama di kota-kota besar dan ramai.

Bahasa merupakan salah satu unsur dari budaya, jika bahasanya sudah mulai punah pasti kebudayaannya jauh lebih dahulu punah.Mengembangkan dan melestarikan kebudayaan tradisional, salah satunya harus dimulai dari bahasa.Sebab penggunaan bahasa Sunda di kalangan masyarakat Jawa Barat sudah mulai ditinggalkan.Berdasarkan penelitian Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), budaya Sunda merupakan salah satu etnis yang laju penggerusannya paling cepat kedua setelah etnis Betawi.Hal ini sangat mengkhawatirkan.

Selain unsur bahasa, salah satu unsur yang penting dalam sebuah budaya adalah adalah unsur kesenian. Kesenian mengacu pada nilai keindahan (estetika) yang berasal dari ekspresi hasrat manusiaakan keindahan yang dinikmati dengan mata ataupun telinga. Sebagai makhluk yang mempunyai cita rasa tinggi, manusia menghasilkan berbagai corak kesenian mulai dari yang sederhana hingga perwujudan kesenian yang kompleks.

Masyarakat Sunda begitu gemar akan kesenian, sehingga banyak terdapat berbagai jenis kesenian, diantaranya seperti :

1. Seni tari : tari topeng, tari merak, tari sisingaan dan tari jaipong.

2. Seni suara dan musik :

a. Degung (semacam orkestra) : menggunakan gendang, gong, saron, kecapi, dll.

b. Salah satu lagu daerah Sunda antara lain yaitu Bubuy bulan, Es lilin, Manuk dadali, Tokecang dan Warung pojok.

3. Wayang golek

4. Senjata tradisional yaitu kujang, dll.

Kesenian saat ini juga sudah mulai terkikis, sudah banyak para generasi muda yang lambat laun meninggalkan kesenian tradisional daerah.Sehingga perlu pengetahuan dan pelestarian agar kesenian daerah tidak menghilangkan salah satu dari unsur kebudayaan.

1.2 Fenomena

Fenomena yang terjadi pada masyarakat khususnya para generasi muda adalah kurangnya pengetahuan mengenai pentingnya berbahasa daerah (bahasa Sunda) yang diikuti dengan kurangnya orang tua menanamkan nilai budaya berbahasa daerah (bahasa Sunda) didalam kehidupan sehari-hari dan pengaruh budaya asing yang masuk melalui televisi dan internet.Sehingga para generasi muda tidak lagi mementingkan bahasa daerah.Penggunaan Bahasa Indonesia pun tidak lagi menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar.

Begitu pula dengan kesenian, adanya modernisasi membuat kesenian-kesenian tradisional mulai tidak menarik bagi generasi muda. Para generasi muda lebih senang bermain Band dengan alat-alat musik yang lebih modern dibandingkan dengan bermain alat musik tradisional yang masih berbahan baku kayu ataupun bambu. Kini kesenian tradisional hanya ada di beberapa acara-acara besar, tidak lagi sesering dahulu selalu ada dalam kegiatan-kegiatan adat. Bahasa dan kesenian pun semakin akan hilang ketika para generasi muda tidak lagi mengetahui dan melestarikan bahasa dan kesenian sebagai kebudayaan daerah (Sunda) atau kebudayaan bangsa.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran Pengaruh Pengetahuan Bahasa dan Kesenian terhadap Upaya Melestarikan Bahasa dan Kesenian Kebudayaan Sunda pada Generasi Muda dan untuk mengetahui dampak Pengaruh Pengetahuan Bahasa dan Kesenian terhadap Upaya Melestarikan Kebudayaan Sunda pada Generasi Muda.


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Kebudayaan Sunda

A. Sejarah Suku Sunda

Suku Sunda adalah kelompok etnis yang berasal dari bagian barat pulau Jawa, Indonesia, yang mencakup wilayah administrasi provinsi Jawa Barat. Suku Sunda merupakan etnis kedua terbesar di Indonesia, setelah etnis Jawa. Sekurang-kurangnya 15,41% penduduk Indonesia merupakan orang Sunda. Mayoritas orang Sunda beragama Islam. Namun dalam kehidupan sehari-hari, masih banyak masyarakat yang mempercayai kekuatan-kekuatan supranatural, yang berasal dari kebudayaan animisme dan Hindu.

Jati diri yang mempersatukan orang Sunda adalah bahasanya dan budayanya. Orang Sunda dikenal memiliki sifat optimistis, ramah, sopan, dan riang, akan tetapi mereka dapat bersifat pemalu dan terlalu perasa secara emosional.Karakter orang Sunda seringkali ditampilkan melalui tokoh populer dalam kebudayaan Sunda; Kabayan dan Cepot. Mereka bersifat riang, suka bercanda, dan banyak akal, tetapi seringkali nakal.

Secara Etimologi Sunda berasal dari kata Su yang berarti segala sesuatu yang mengandung unsur kebaikan. Orang Sunda meyakini bahwa memiliki etos atau karakter Kasundaan, sebagai jalan menuju keutamaan hidup. Karakter Sunda yang dimaksud adalah cageur (sehat), bageur (baik), bener (benar), singer (mawas diri), dan pinter (cerdas). Karakter ini telah dijalankan oleh masyarakat yang bermukim di Jawa bagian barat sejak zaman Kerajaan Salakanagara.

Nama Sunda mulai digunakan oleh raja Purnawarman pada tahun 397 untuk menyebut ibukota Kerajaan Tarumanagara yang didirikannya. Untuk mengembalikan pamor Tarumanagara yang semakin menurun, pada tahun 670, Tarusbawa, penguasa Tarumanagara yang ke-13, mengganti nama Tarumanagara menjadi Kerajaan Sunda. Kemudian peristiwa ini dijadikan alasan oleh Kerajaan Galuh untuk memisahkan negaranya dari kekuasaan Tarusbawa. Dalam posisi lemah dan ingin menghindarkan perang saudara, Tarusbawa menerima tuntutan raja Galuh. Akhirnya kawasan Tarumanagara dipecah menjadi dua kerajaan, yaitu Kerajaan Sunda dan Kerajaan Galuh dengan Sungai Citarum sebagai batasnya.

B. Unsur-unsur Budaya Sunda

1.BAHASA

Bahasa Sunda juga mengenal tingkatan dalam bahasa, yaitu unda-usuk bahasa untuk membedakan golongan usia dan status sosial antara lain yaitu :

1) Bahasa Sunda lemes (halus) yaitu dipergunakan untuk berbicara dengan orang tua, orang yang dituakan atau disegani.

2) Bahasa Sunda sedang yaitu digunakan antara orang yang setaraf, baik usia maupun status sosialnya.

3) Bahasa Sunda kasar yaitu digunakan oleh atasan kepada bawahan, atau kepada orang yang status sosialnya lebih rendah.

Namun demikian, di Serang, dan Cilegon, bahasa Banyumasan (bahasa Jawa tingkatan kasar) digunakan oleh etnik pendatang dari Jawa.

2. RELIGI

Sebagain besar masyarakat suku Sunda menganut agama Islam, namun ada pula yang beragama kristen, Hindu, Budha, dll. Mereka itu tergolong pemeluk agama yang taat, karena bagi mereka kewajiban beribadah adalah prioritas utama. Contohnya dalam menjalankan ibadah puasa, sholat lima waktu, serta berhaji bagi yang mampu. Mereka juga masih mempercayai adanya kekuatan gaib.Terdapat juga adanya upacara-upacara yang berhubungan dengan salah satu fase dalam lingkaran hidup, mendirikan rumah, menanam padi, dan lain-lainnya.

3. TEKNOLOGI

Hasil-hasil teknologi terkini sangat mudah didapatkan seperti alat-alat yang digunakan untuk pertanian yang dasa jaman dulu masih menggunakan alat-alat tradisional, kini sekarang telah berubah menggunakan alat-alat modern, seperti traktor dan mesin penggiling padi.Disamping itu juga sudah terdapat alat-alat telekomunikasi dan barang elektronik modern.

4. MATA PENCAHARIAN

Mata pencaharian pokok masyarakat Sunda adalah

1) Bidang perkebunan, seperti tumbuhan teh, kelapa sawit, karet, dan kina.

2) Bidang pertanian, seperti padi, palawija, dan sayur-sayuran.

3) Bidang perikanan, seperti tambak udang, dan perikanan ikan payau.

Selain bertani, berkebun dan mengelola perikanan, ada juga yang bermata pencaharian sebagai pedagang, pengrajin, dan peternak.

5. ORGANISASI SOSIAL

Sistem kekerabatan yang digunakan adalah sistem kekerabatan parental atau bilateral, yaitu mengikuti garis keturunan kedua belh phak orang tua.Pada saat menikah, orang Sunda tidak ada keharusan menikah dengan keturunan tertentu asal tidak melanggar ketentuan agama.Setelah menikah, pengantin baru bisa tinggal ditempat kediaman istri atau suami, tetapi pada umumnya mereka memilih tinggal ditempat baru atau neolokal. Dilihat dari sudut ego, orang Sunda mengenal istilh tujuh generasi keatas dan tujuh generasi ke bawah, antara lain yaitu :

Tujuh generasi keatas : Kolot, Embah, Buyut, Bao, Janggawareng, Udeg-udeg, Gantung siwur. Tujuh generasi kebawah : Anak, Incu, Buyut, Bao, Janggawareng, Udeg-udeg, Gantung siwur.

6. SISTEM PENGETAHUAN

Fasilitas yang cukup memadai dalam bidang pengetahuan maupun informasi memudahkan masyarakat dalam memilih institusi pendidikan yang akan mereka masuki dalam berbagai jenjang. Seperti pada permulaan masa kemerdekaa di Jawa Barat terdapat 358.000 murid sekolah dasar, kemudian pada tahun 1965 bertambah menjadi 2.306.164 murid sekolah dasar. Jadi berarti mengalami kenaikan sebanyak 544%.Pada saat ini pada era ke- 20 disetiap ibukota kabupaten telah tersedia universitas-universitas, fakultas-fakultas, dan cabang-cabang universitas.

7. KESENIAN

Masyarakat Sunda begitu gemar akan kesenian, sehingga banyak terdapat berbagai jenis kesenian, diantaranya seperti :

1) Seni tari : tari topeng, tari merak, tari sisingaan dan tari jaipong.

2) Seni suara dan musik :

a. Degung (semacam orkestra) : menggunakan gendang, gong, saron, kecapi, dll.

b. Salah satu lagu daerah Sunda antara lain yaitu Bubuy bulan, Es lilin, Manuk dadali.

3) Wayang golek.

4) Senjata tradisional yaitu kujang.

C. Bahasa Sunda

1.Variasi dalam bahasa Sunda

Bahasa Sunda adalah sebuah bahasa dari cabang Melayu-Polinesia dalam rumpun bahasa Austronesia. Bahasa ini dituturkan oleh sekitar 27 juta orang dan merupakan bahasa dengan penutur terbanyak kedua di Indonesia setelah Bahasa Jawa. Bahasa Sunda dituturkan di sebagian besar provinsi Jawa Barat (kecuali kawasan pantura yang merupakan daerah tujuan urbanisasi di mana penutur bahasa ini semakin berkurang), melebar hingga batas Kali Pemali (Cipamali) di wilayah Brebes dan Majenang, Cilacap Jawa Tengah, dan di kawasan selatan provinsi Banten.

Dari segi linguistik, bersama bahasa Baduy, bahasa Sunda membentuk suatu rumpun bahasa Sunda yang dimasukkan ke dalam rumpun bahasa Melayu-Sumbawa.

Dalam percakapan sehari-hari, etnis Sunda banyak menggunakan bahasa Sunda. Namun kini telah banyak masyarakat Sunda terutama yang tinggal di perkotaan tidak lagi menggunakan bahasa tersebut dalam bertutur kata. Seperti yang terjadi di pusat-pusat keramaian kota Bandung dan Bogor, dimana banyak masyarakat yang tidak lagi menggunakan bahasa Sunda.

Ada beberapa dialek dalam bahasa Sunda, antara lain dialek Sunda-Banten, dialek Sunda-Bogor, dialek Sunda-Priangan, dialek Sunda-Jawa, dan beberapa dialek lainnya yang telah bercampur baur dengan bahasa Jawa dan bahasa Melayu. Karena pengaruh budaya Jawa pada masa kekuasaan Kerajaan Mataram Islam, bahasa Sunda - terutama dialek Sunda Priangan - mengenal beberapa tingkatan berbahasa, mulai dari bahasa halus, bahasa loma/lancaran, hingga bahasa kasar. Namun di wilayah-wilayah pedesaan dan mayoritas daerah Banten, bahasa Sunda loma tetap dominan.

Dialek (basa wewengkon) bahasa Sunda beragam, mulai dari dialek Sunda-Banten, hingga dialek Sunda-Jawa Tengahan yang mulai tercampur bahasa Jawa. Para pakar bahasa biasanya membedakan enam dialek yang berbeda. Dialek-dialek ini adalah Dialek Barat, Dialek Utara, Dialek Selatan, Dialek Tengah Timur, Dialek Timur Laut, Dialek Tenggara.

Dialek Barat dipertuturkan di daerah Banten selatan. Dialek Utara mencakup daerah Sunda utara termasuk kota Bogor dan beberapa bagian Pantura. Lalu dialek Selatan adalah dialek Priangan yang mencakup kota Bandung dan sekitarnya. Sementara itu dialek Tengah Timur adalah dialek di sekitar Majalengka. Dialek Timur Laut adalah dialek di sekitar Kuningan, dialek ini juga dipertuturkan di beberapa bagian Brebes, Jawa Tengah. Dan akhirnya dialek Tenggara adalah dialek sekitar Ciamis.

Bahasa Sunda Kuna adalah bentuk bahasa Sunda yang ditemukan pada beberapa catatan tertulis, baik di batu (prasasti) maupun lembaran daun kering (lontar). Tidak diketahui apakah bahasa ini adalah dialek tersendiri atau merupakan bentuk yang menjadi pendahulu bahasa Sunda modern. Sedikitnya literatur berbahasa Sunda menyulitkan kajian linguistik varian bahasa ini.

2. Sejarah dan penyebaran

Bahasa Sunda terutama dipertuturkan di sebelah barat pulau Jawa, di daerah yang dijuluki Tatar Sunda. Namun demikian, bahasa Sunda juga dipertuturkan di bagian barat Jawa Tengah, khususnya di Kabupaten Brebes dan Cilacap. Banyak nama-nama tempat di Cilacap yang masih merupakan nama Sunda dan bukan nama Jawa seperti Kecamatan Dayeuhluhur, Cimanggu, dan sebagainya. Ironisnya, nama Cilacap banyak yang menentang bahwa ini merupakan nama Sunda. Mereka berpendapat bahwa nama ini merupakan nama Jawa yang "disundakan", sebab pada abad ke-19 nama ini seringkali ditulis sebagai "Clacap".

Selain itu menurut beberapa pakar bahasa Sunda sampai sekitar abad ke-6 wilayah penuturannya sampai di sekitar Dataran Tinggi Dieng di Jawa Tengah, berdasarkan nama "Dieng" yang dianggap sebagai nama Sunda (asal kata dihyang yang merupakan kata bahasa Sunda Kuna). Seiring mobilisasi warga suku Sunda, penutur bahasa ini kian menyebar. Misalnya, di Lampung, di Jambi, Riau dan Kalimantan Selatan banyak sekali, warga Sunda menetap di daerah baru tersebut.

3. Fonologi

Saat ini Bahasa Sunda ditulis dengan Abjad Latin dan sangat fonetis. Ada lima suara vokal murni (a, é, i, o, u), dua vokal netral, (e (pepet) dan eu (ɤ), dan tidak ada diftong. Fonem konsonannya ditulis dengan huruf p, b, t, d, k, g, c, j, h, ng, ny, m, n, s, w, l, r, dan y.

Konsonan lain yang aslinya muncul dari bahasa Indonesia diubah menjadi konsonan utama: f -> p, v -> p, sy -> s, sh -> s, z -> j, and kh -> h.

Berikut adalah fonem dari bahasa Sunda dalam bentuk tabel. Pertama vokal disajikan. (Silahkan isi sesuai keinginan)

Vokal

Depan

Madya

Belakang

Tertutup

Tengah

e

ə

o

Hampir Terbuka

(ɛ)

ɤ

(ɔ)

Terbuka

a

Dan di bawah ini adalah tabel konsonan.

Bibir

Gigi

Langit2 keras

Langit2 lunak

Celah suara

Sengau

m

n

ɲ

ŋ

Letap

p b

t d

c ɟ

k g

ʔ

Desis

s

h

Getar/Sisi

l r

Hampiran

w

j

4. Perbedaan dengan Bahasa Sunda di Banten

Bahasa Sunda yang berada di Banten, serta yang berada di daerah Priangan (Garut, Tasikmalaya, Bandung, dll.) memiliki beberapa perbedaan. Mulai dari dialek pengucapannya, sampai beberapa perbedaan pada kata-katanya. Bahasa Sunda di Banten juga umumnya tidak mengenal tingkatan, Bahasa Sunda tersebut masih terlihat memiliki hubungan erat dengan bahasa Sunda Kuna. Namun oleh mayoritas orang-orang yang berbahasa Sunda yang memiliki tingkatan (Priangan), Bahasa Sunda Banten (Rangkasbitung, Pandeglang) digolongkan sebagai bahasa Sunda kasar. Namun secara prakteknya, Bahasa Sunda Banten digolongkan sebagai Bahasa Sunda dialek Barat. Pengucapan bahasa Sunda di Banten umumnya berada di daerah Selatan Banten (Lebak, Pandeglang). Berikut beberapa contoh perbedaannya:

Ketika sedang berpendapat:

Sunda Banten (Rangkasbitung): "Jeuuuh aing mah embung jasa jadi doang jelma nu kedul!"

Sunda Priangan: "Ah abdi mah alim janten jalmi nu pangedulan teh!"

Bahasa Indonesia: "Wah saya sangat tidak mau menjadi orang yang malas!"

Ketika mengajak kerabat untuk makan (misalkan nama kerabat adalah Eka) :

Sunda Banten (Rangkasbitung): "Teh Eka, maneh arek hakan teu?"

Sunda Priangan: "Teh Eka, badé tuang heula?"

Bahasa Indonesia: "(Kak) Eka, mau makan tidak?"

Ketika sedang berbelanja:

Sunda Banten (Rangkasbitung): "Lamun ieu dangdeur na sabarahaan mang? Tong mahal jasa."

Sunda Priangan: "Dupi ieu sampeu sabarahaan mang? Teu kénging awis teuing nya"

Bahasa Indonesia: "Kalau (ini) harga singkongnya berapa bang? Jangan kemahalan."

Ketika sedang menunjuk:

Sunda Banten (Rangkasbitung): "Eta diditu maranehna orok aing"

Sunda Priangan: " Eta palih ditu réréncangan abdi. "

Bahasa Indonesia: "Mereka semua (di sana) adalah teman saya"

Meski berbeda pengucapan dan kalimat, namun bukan berarti beda bahasa, hanya berbeda dialek. Berbeda halnya dengan bahasa Sunda Priangan yang telah terpengaruh dari kerajaan Mataram. Hal itu yang menyebabkan bahasa Sunda Priangan, memiliki beberapa tingakatan. Sementara bahasa Sunda Banten, tidak memiliki tingkatan. Penutur aktif bahasa Sunda Banten saat ini, contohnya adalah orang-orang Sunda yang tinggal di daerah Banten bagian selatan (Pandeglang, Lebak). Sementara masyarakat tradisional pengguna dialek ini adalah suku Baduy di Kabupaten Lebak.

Sementara wilayah Utara Banten, seperti Serang, umumnya menggunakan bahasa campuran (multi-bilingual) antara bahasa Sunda dan Jawa.

D. Kesenian Sunda

Kesenian mengacu pada nilai keindahan (estetika) yang berasal dari ekspresi hasrat manusia akan keindahan yang dinikmati dengan mata ataupun telinga. Sebagai makhluk yang mempunyai cita rasa tinggi, manusia menghasilkan berbagai corak kesenian mulai dari yang sederhana hingga perwujudan kesenian yang kompleks.

1. Seni Tari

a. TARI JAIPONGAN

Tanah Sunda (Priangan) dikenal memiliki aneka budaya yang unik dan menarik, Jaipongan adalah salah satu seni budaya yang terkenal dari daerah ini. Jaipongan atau Tari Jaipong sebetulnya merupakan tarian yang sudah moderen karena merupakan modifikasi atau pengembangan dari tari tradisional khas Sunda yaitu Ketuk Tilu.Tari Jaipong ini dibawakan dengan iringan musik yang khas pula, yaitu Degung. Musik ini merupakan kumpulan beragam alat musik seperti Kendang, Go’ong, Saron, Kacapi, dsb. Degung bisa diibaratkan ‘Orkestra’ dalam musik Eropa/Amerika. Ciri khas dari Tari Jaipong ini adalah musiknya yang menghentak, dimana alat musik kendang terdengar paling menonjol selama mengiringi tarian. Tarian ini biasanya dibawakan oleh seorang, berpasangan atau berkelompok. Sebagai tarian yang menarik, Jaipong sering dipentaskan pada acara-acara hiburan, selamatan atau pesta pernikahan.

b. TARI MERAK

Merak yaitu binatang sebesar ayam, bulunya halus dan dikepalanya memiliki seperti mahkota. Kehidupan merak yang selalu mengembangkan bulu ekornya agar menarik burung merak wanita meninspirasikan R. Tjetje Somantri untuk membuat tari Merak ini.

Dalam pertunjukannya, ciri bahwa itu adalah terlihat dari pakaian yang dipakai penarinya memiliki motif seperti bulu merak. Kain dan bajunya menggambarkan bentuk dan warna bulu-bulu merak; hijau biru dan/atau hitam. Ditambah lagi sepasang sayapnya yang melukiskan sayap atau ekor merak yang sedang dikembangkan. Gambaran merak bakal jelas dengan memakai mahkota yang dipasang di kepala setiap penarinya.

Tarian ini biasanya ditarikan berbarengan, biasanya tiga penari atau bisa juga lebih yang masing-masing memiliki fungsi sebagai wanita dan laki-lakinya. Iringan lagu gendingnya yaitu lagu Macan Ucul biasanya. Dalam adegan gerakan tertentu terkadang waditra bonang dipukul di bagian kayunya yang sangat keras sampai terdengar kencang, itu merupakan bagian gerakan sepasang merak yang sedang bermesraan.

Dari sekian banyaknya tarian yang diciptakan oleh Raden Tjetje Somantri, mungkin tari Merak ini merupakan tari yang terkenal di Indonesia dan luar negeri. Tidak heran kalau seniman Bali juga, diantaranya mahasiswa ASKI Denpasar menciptakan tari Manuk Rawa yang konsep dan gerakannya hampir mirip dengan tari Merak.

c. TARI TOPENG

Tari Topeng Priangan merupakan buah karya maestro tari Sunda Nugraha Soradiredja. Dalam Tari Topeng terdapat 5 karakter utama atau lebih terkenal dengan TOPENG 5 Watakyaitu :

1) Topeng Panji yang menceritakan awal kehidupan manusia, sehingga topeng yang dipakai berwarna putih bersih dan gerakannya yang lebih halus dan lembut. Bahkan hampir tidak ada gerakan berjalan.

2) Topeng Samba atau Pamindo lebih lincah dalam gerakan karena lebih menampilkan kisah masa kanak-kanak.

3) Topeng Rumiyang merupakan tarian dengan pase manusia telah meningkat ke akhir baligh sehingga gerakan yang lincah dan lembut berbaur menjadi satu.

4) Topeng Patih atau Tumenggung menampilkan sosok manusia dewasa dengan gerakan yang lebih tegas.

5) Topeng Kelana atau Rahwana menggambarkan tentang amarah pada diri manusia sehingga setiap gerakannya tegas dan memerlukan tenaga lebih besar dari watak yang lainnya.

Tari topeng juga sering ditarikan dalam bentuk sendratari kecil selain tari topeng 5 watak ada juga topeng 3 watak yang menceritakan tentang Rahwana yang ingin mempersunting Dewi Shinta.

Topeng 3 Watak hanya menampilkan 3 watak topeng yaitu Topeng Rumiyang atau Kencana Wungu sebagai Dewi Shinta yang ditarikan oleh penari wanita dalam balutan kostum ungu, lalu Topeng Patih dan Topeng Rahwana yang identik dengan warna merah.

2. Seni Musik dan Suara

Selain seni tari, tanah Sunda juga terkenal dengan seni suaranya. Dalam memainkan Degung biasanya ada seorang penyanyi yang membawakan lagu-lagu Sunda dengan nada dan alunan yang khas. Penyanyi ini biasanya seorang wanita yang dinamakan Sinden. Tidak sembarangan orang dapat menyanyikan lagu yang dibawakan Sinden karena nada dan ritme-nya cukup sulit untuk ditiru dan dipelajari.Dibawah ini salah salah satu musik/lagu daerah Sunda : Bubuy Bulan Es Lilin Manuk Dadali Tokecang Warung Pojok.

3. Wayang Golek

Jepang boleh terkenal dengan ‘Boneka Jepangnya’, maka tanah Sunda terkenal dengan kesenian Wayang Golek-nya. Wayang Golek adalah pementasan sandiwara boneka yang terbuat dari kayu dan dimainkan oleh seorang sutradara merangkap pengisi suara yang disebut Dalang. Seorang Dalang memiliki keahlian dalam menirukan berbagai suara manusia. Seperti halnya Jaipong, pementasan Wayang Golek diiringi musik Degung lengkap dengan Sindennya. Wayang Golek biasanya dipentaskan pada acara hiburan, pesta pernikahan atau acara lainnya. Waktu pementasannya pun unik, yaitu pada malam hari (biasanya semalam suntuk) dimulai sekitar pukul 20.00 – 21.00 hingga pukul 04.00 pagi.

Cerita yang dibawakan berkisar pada pergulatan antara kebaikan dan kejahatan (tokoh baik melawan tokoh jahat). Ceritanya banyak diilhami oleh budaya Hindu dari India, seperti Ramayana atau Perang Baratayudha. Tokoh-tokoh dalam cerita mengambil nama-nama dari tanah India.Dalam Wayang Golek, ada ‘tokoh’ yang sangat dinantikan pementasannya yaitu kelompok yang dinamakan Purnakawan, seperti Dawala dan Cepot. Tokoh-tokoh ini digemari karena mereka merupakan tokoh yang selalu memerankan peran lucu (seperti pelawak) dan sering memancing gelak tawa penonton. Seorang Dalang yang pintar akan memainkan tokoh tersebut dengan variasi yang sangat menarik.

4. Alat Musik

a. CALUNG

Calung adalah alat musik Sunda yang merupakan prototipe dari angklung. Berbeda dengan angklung yang dimainkan dengan cara digoyangkan, cara menabuh calung adalah dengan mepukul batang (wilahan, bilah) dari ruas-ruas (tabung bambu) yang tersusun menurut titi laras (tangga nada) pentatonik (da-mi-na-ti-la). Jenis bambu untuk pembuatan calung kebanyakan dari awi wulung (bambu hitam), namun ada pula yang dibuat dari awi temen (bambu yang berwarna putih).

  1. ANGKLUNG

Angklung adalah sebuah alat atau waditra kesenian yang terbuat dari bambu khusus yang ditemukan oleh Bapak Daeng Sutigna sekitar tahun 1938. Ketika awal penggunaannya angklung masih sebatas kepentingan kesenian lokal atau tradisional.

E. Melestarikan Kebudayaan Daerah

Indonesia dengan letak geografis sebagai negara kepulauan memiliki aneka ragam adat dan budaya daerah yang tersebar merata di seluruh tanah air. Bentuk geografis kepulauan ini di satu sisi juga perlu diwaspadai oleh para generasi muda akan pelestarian aneka ragam budayanya.

Bukan hal baru lagi bahwa telah sangat banyak budaya-budaya yang kita miliki perlahan-lahan diakui secara sepihak oleh negara tetangga. Dan kita sebagai rakyat Indonesia yang terkenal dengan sikap ramah tamah dan sopan santun, ternyata hanya bisa mengelus dada. Lagi-lagi kita tak dapat berkutik. Bahkan ketika pulau kita akhirnya jatuh ke negara tetangga, kita pun tak dapat berbuat banyak.

Ada beberapa hal konkrit yang dapat kita lakukan untuk mengantisipasi pencurian kebudayaan daerah Indonesia oleh negara tetangga, diantaranya:

1. Mengenali dan bangga akan budaya daerah

Penyakit masyarakat kita terkadang tidak bangga dengan produk dan budaya sendiri. Kita lebih bangga dengan budaya-budaya impor yang sebenarnya tidak sesuai dengan budaya kita sebagai orang Timur. Anak-anak kita bahkan terkadang tidak lagi mengenal aneka ragam budayanya.

Budaya daerah banyak yang hilang dikikis zaman oleh sebab kita sendiri yang tidak mau mempelajari dan melestarikannya. Alhasil kita baru bersuara ketika negara lainsukses dan terkenal dengan budaya yang mereka curi secara diam-diam dari kita.

Sebagai contoh; Anak-anak kecil zaman sekarang saat ditanya soal mainan, tentu mereka lebih memilih dunia playstation ketimbang mainan tradisional.

2. Kebijakan pemerintah

Bagaimanapun pemerintah memiliki peran yang cukup strategis dalam upaya pelestarian kebudayaan daerah di tanah air. Pemerintah harus mengimplementasikan kebijakan-kebijakan yang mengarah pada upaya pelestarian kebudayaan nasional.

Salah satu kebijakan pemerintah yang pantas didukung adalah penampilan kebudayaan-kebudayaan daerah di setiap even-even akbar nasional. Misalnya tari-tarian, lagu daerah, dan sebagainya.

Semua itu harus dilakukan sebagai upaya pengenalan kepada generasi muda, bahwa budaya yang ditampilkan itu adalah warisan dari leluhurnya. Bukan berasal dari negara tetangga.

Demikian juga upaya-upaya melalui jalur formal pendidikan. Masyarakat harus memahami dan mengetahui berbagai kebudayaan daerah yang kita miliki. Pemerintah juga dapat lebih memusatkan perhatian pada pendidikan muatan lokal kebudayaan daerah.

BAB III

HASIL

Interview dengan Subjek 1

Identitas Subjek 1

Nama : Saripah

Jenis Kelamin: Perempuan

Usia : 20 tahun

Pekerjaan : Mahasiswa

Interviewer : Apakah kedua orang tua anda berasal dari suku Sunda?

Interviewee : Ya

Interviewer : Dari daerah mana anda berasal?

Interviewee : Cigombong, Kabupaten Bogor

Interviewer : Di keluarga anda apakah dalam kehidupan sehari-hari menggunakan bahasa Sunda?

Interviewee : Ya, tapi kadang menggunakan bahasa Indonesia juga, campur-campurlah.

Interviewer : Lalu di lingkungan pertemanan, apakah anda sering menggunakan bahasa Sunda?

Interviewee : Ya, sering

Interviewer : Sesering apa anda menggunakan bahasa Sunda dalam kehidupan?

Interviewee : Untuk sekarang gak begitu sering, karena udah jarang pulang dan susah rasanya kalau bicara bahasa Sunda kalau gak ada partner

Interviewer : Memang anda sekarang tinggal dimana?

Interviewee : Di Depok, kebetulan kuliah di sini.

Inrterviewer : Ooh, Memangnya di sini anda tidak memakai bahasa Sunda dalam berbicara dengan teman anda?

Interviewee : Iya, karena teman-teman saya di sini rata-rata bukan orang Sunda dan biasanya juga kami berbicara dengan menggunakan bahasa gaul, hehehe

Interviewer : Apakah anda bangga menjadi orang Sunda?

Interviewee : Ya bangga dong

Interviewer : Sebutkan beberapa kesenian Sunda yang anda ketahui?

Inteviewee : Jaipong, angklung, debus, bodor, dan sisingaan

Interviewer : Apakah saat berbicara bahasa Indonesia anda menggunakan logat Sunda?

Interviewee : Ya, kata orang sih begitu, tapi gak tau pasti juga ya

Interviewer : Apakah anda memiliki tokoh / budayawan Sunda favorit?

Interviewee : Ya

Interviewer : Siapa?

Interviewee : Doel Sumbang penyanyi pop Sunda dan Asep Sunarya si “Dalang bodor”

Interviewer : Apakah anda pernah mempelajari kesenian Sunda, misalnya tarian, music dan lainnya?

Interviewee : Pernah

Interviewer : Kapan dan dimana anda mempelajari kesenian Sunda?

Interviewee : Di SMA, pas ujian praktek

Interviewer : Bagaimana upaya anda dalam melestarikan budaya anda pada saat ini?

Interviewee : Pelestarian budayanya mungkin baru sekedar berbicara pake bahasa Sunda aja, selebihnya belum ada. Haaa, satu lagi, memperkenalkan lagu daerah terutama pop Sunda Doel Sumbang ke teman-teman! Hehehehe

Interviewer : Menurut anda seberapa penting bahasa daerah anda?

Interviewee : Sangat penting

Interviewer : Apakah anda memahami

Interviewee : Ya, memahami tapi kurang fasih untuk bicara sama orang yang lebih tua, karna memang harus menggunakan bahasa Sunda lemes atau halus sama orang yang lebih tua

Interviewer : Berarti kurang fasih ya berbahasa Sunda lemes, kenapa?

Interviewee : Iya, karena bahasanya susah, jadi kurang berani dipraktekin karena takut salah. Kebetulan juga karena di Bogor orang-orangnya terkenal memakai bahasa Sunda agak kasar jadi ya terbiasa bicara pakai bahasa Sunda agak kasar.

Interviewer : Bisa tolong sebutkan contoh penggunaan bahasa Sunda yang anda ketahui?

Interviewee : Contohnya kata “makan” untuk orang tua / orang yang lebih tua jadi “tuang”, kalau sebaya jadi “emam”, untuk hewan jadi “nyatu”

Interviewer : Bagaimana anda mendapatkan pengetahuan tentang bahasa daerah anda?

Interviewee : Dari lingkungan rumah, sekolah, dan pergaulan sehari-hari

Interviewer : Kapan terakhir kali anda menggunakan bahasa Sunda dan dalam rangka apa?

Interviewee : Sewaktu pulang ke rumah kemarin. Kan di rumah pakai bahasa Sunda.

Interviewer : Apa kesenian Sunda yang paling berkesan bagi anda? Mengapa?

Interviewee : Tari Jaipong. Asli susah banget gerakan tariannya. Bisa menguasai gerakan seperenambelas lagu aja amazing banget bagi saya.

Interviewer : Menurut anda seberapa penting budaya daerah anda?

Interviewee : Pentinglah, bagi saya budaya Sunda itu ibarat lemak yang selalu nemplok di tulang, hehehehe

Interviewer : Menurut anda bagaimana pengaruh perkembangan zaman saat ini pada budaya anda (Sunda)?

Interviewee : Memprihatinkan! Masa sekarang semakin banyak remaja yang gak bisa bahasa Sunda

Interviewer : Menurut anda apa yang membuat bahasa Sunda tidak berkembang pada saat ini?

Interviewee : Mungkin pembelajaran dan pembiasaan untuk menggunakan bahasanya aja yang kurang

Interviewer : Apakah anda dan keluarga anda memiliki keinginan untuk mempertahankan kesenian Sunda?

Interviewee : Ada dong keinginan mempertahanin, caranya? Ya gunain bahasa Sunda di kehidupan sehari-hari. Toh, kalau terbiasa seperti itu nantinya kalau setiap bertemu orang Sunda lain di tempat atau daerah orang bisa bicara bahasa Sunda

Interviewer : Terakhir nih, fenomena apa sih yang biasa terjadi pada suku Sunda yang anda ketahui?

Interviewee : Kadang susah ngelepas anaknya ngerantau ke daerah yang jauh dari rumah kecuali jika ada kerabat terdekat di daerah tujuan


Interview Subjek 2

Identitas Subjek 2

Nama : Fitri Aprilinda

Jenis Kelamin: Perempuan

Usia : 20 tahun

Pekerjaan : Mahasiswa

Interviewer : Apakah kedua orang tua anda berasal dari suku Sunda ?

Interviewee : Iya

Interviewer : Dari daerah mana anda berasal ?

Interviewee : Kuningan, Jawa Barat

Interviewer : Di keluarga anda, apakah dalam kehidupan sehari-hari menggunakan bahasa Sunda ?

Interviewee : Iya, tapi campur-campur kadang menggunakan bahasa Indonesia

Interviewer : Lalu dilingkungan pertemanan, apakah anda sering menggunakan bahasa Sunda ?

Interviewee : Iya, tapi campur-campur juga dengan bahasa Indonesia

Interviewer : Sesering apa anda menggunakan bahasa Sunda dalam kehidupan ?

Interviewee : Setiap hari pasti selalu menggunakan bahasa Sunda walau hanya beberapa kata saja

Interviewer : Apakah anda bangga menjadi orang Sunda ?

Interviewee : Bangga sekali , hehehehe

Interviewer : Sebutkan beberapa kesenian Sunda yang anda ketahui ?

Interviewee : Tari jaipong, gamelan, alat musik suling, alat musik angklung

Interviewer : Apakah saat berbicara bahasa Indonesia anda menggunakan logat Sunda ?

Interviewee : iya, soalnya susah buat dihilangkan

Interviewer : Apakah anda memiliki tokoh/ budayawan Sunda favorit ?

Interviewee : Engga punya

Interviewer : Apakah anda pernah mempelajari kesenian suku Sunda (tari,musik,dll) ?

Interviewee : Iya,waktu sekolah TK, SMP dan SMA saya mempelajari tari jaipong, memainkan gamelan dan memainkan suling dan itu merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib diikuti dan dipelajari

Interviewer : Bagaimana upaya anda dalam melestarikan budaya anda saat ini ?

Interviewee : Upaya saya adalah mengajak teman-teman untuk berbicara bahasa Sunda walau hanya beberapa kata saja

Interviewer : Menurut anda seberapa penting bahasa daerah anda bagi anda ?

Interviewee : Penting, karena itu merupakan ciri suku saya yang mana harus dilestarikan

Interviewer : Apakah anda memahami bahasa daerah Sunda ?

Interviewee : Iya, tapi ga semuanya karena di bahasa Sunda itu terdiri dari beberapa tingkat bahasa, ada bahasa lemas, bahasa sedang dan bahasa kasar , nah kebetulan di daerah saya rata-rata menggunakan bahasa lemas jadi hanya beberapa kata saja yang saya pahami

Interviewer : Jika iya, sebutkan contoh penggunaan bahasa Sunda yang anda ketahui ?

Interviewee : Lagi ngapain ?è Nuju naon ?

Apakah kabar anda baik ?è Kumaha damang ?

Apakah udah tahu belum ?è Kumaha entos teu acan ?

Interviewer : Bagaimana anda mendapatkan pengetahuan tetntang bahasa daerah anda ?

Interviewee : Sejak sekolah dari mulai TK sampai SMA , di sekolah saya itu menjadikan pelajaran bahasa Sunda menjadi mata pelajaran yang wajib diikuti . Selain itu, di keluarga saya juga kadang membahas tentang beberapa pengetahuan Sunda, misalnya budayanya

Interviewer : Kapan terakhir kali anda menggunakan bahasa Sunda dan dalam rangka apa ?

Interviewee : Engga ada terakhir kali, soalnya hampir setiap hari saya menggunakan bahasa Sunda dalam kehidupan sehari-hari saya walau hanya beberapa kata

Interviewer : Apakah kesenian Sunda yang paling berkesan bagi anda ?mengapa ?

Interviewee : Tari jaipong , karena saya sangat menyukai tari dan itu merupakan salah satu hobi saya

Interviewer : Menurut anda, seberapa penting budaya daerah anda bagi anda ?

Interviewee : Sepenting saya mempelajari bahasa Indonesia

Interviewer : Menurut anda bagaimana pengaruh perkembangan zaman saat ini pada budaya anda ( Sunda ) ?

Interviewee : Sangat mempengaruhi , apalagi saya merupakan anak perantauan ke daerah lain sehingga pengaruh daerah yang saya tempati sekarang sangat melekat apalagi bahasa yang menjadi wajar disini sudah hampir melekat di kehidupan sehari-hari saya

Interviewer : Menurut anda , apakah yang membuat bahasa Sunda tidak berkembang saat ini ?

Interviewee : Kurangnya sosialisasi ke masyarakat , apalagi adanya pengaruh bahasa dari daerah lain yang sedang berkembang di zaman sekarang. Kurangnya kesadaran di masing-masing orang sehingga masih berpikir kalau tidak menggunakan bahasa gaul maka tidak akan maju-maju

Interviewer : Apakah anda dan keluarga anda memiliki keinginan untuk mempertahankan kesenian sunda ?

Interviewee : Iya, dengan membudidayakan tarian jaipong dan nyanyian Sunda

Interviewer : Terakhir, fenomena apa sih yang biasa terjadi pada suku Sunda yang anda ketahui ?

Interviewee : Setiap tahun selalu ada acara seren tahun dan pada acara pernikahan antara pihak mempelai wanita dan pihak mempelai pria saling bertukar air dari rumahnya masing-masing untuk acara siraman


Hasil Analisis

Dari hasil wawancara terhadap subjek didapatkan bahwa kedua subjek masih menggunakan bahasa daerah (suku sunda), walaupun hanya dengan beberapa orang dan beberapa kata saja, yang dicampur dengan bahasa Indonesia di dalam kehidupan sehari-harinya.

Banyak faktor yang membuat subjek tidak menggunakan bahasa sunda, seperti jarang pulang ke rumah karena keperluan pendidikan di luar kota, banyak teman yang bukan dari suku yang sama, bahkan ada juga yang mengganggap bahasa Sunda itu sulit karena ada satu bagian di tingkatan bahasa yang sulit untuk dipahami dan dipelajari, sehingga membuat bahasa daerah (bahasa sunda) jarang digunakan.

Hal-hal yang membuat bahasa Sunda tidak berkembang saat ini antara lain adalah pembelajaran dan pembiasaan untuk menggunakan bahasa sunda yang masih kurang, kurangnya sosialisasi ke masyarakat, apalagi adanya pengaruh bahasa dari daerah lain yang sedang berkembang di zaman sekarang dan kurangnya kesadaran pada masing-masing orang sehingga masih berpikir kalau tidak menggunakan bahasa gaul maka tidak akan ada kemajuan. Selain itu subjek juga menyadari bahwa saat ini bahasa Sunda sudah jarang digunakan dalam kehidupan sehari-sehari walaupun usaha yang dilakukan untuk melestarikannya masih tergolong minim.Namun, salah satu jawaban subjek yang menjelaskan bahwa bahasa sunda menjadi mata pelajaran wajib di sekolahnya, membuktikan kepada kami bahwa pemerintah pun tetap memperhatikan pelestarian budaya daerah (khususnya sunda).

Selain mengenai bahasa, pengetahuan mengenai kesenian dari suku sunda sudah cukup diketahui / dikenali oleh subjek, seperti tari jaipong, gamelan, alat musik suling, serta alat musik angklung.

BAB IV

KESIMPULAN

Usaha dan kesadaran masyarakat keturunan sunda untuk melestarikan kebudayaannya masih sangat minim, bila terus di didiamkan akan membuat kebudayaan dan juga bahasa daerah mereka hilang secara perlahan-lahan. Kesadaran dari pemerintah untuk menetapkan bahwa mata pelajaran bahasa Sunda menjadi mata pelajaran yang wajib ada pada masa sekolah TK sampai SMA, harusnya juga dapat didukung oleh masyarakat keturunan Sunda, bila saat ini pendidikan tentang kebudayaan hanya ada pada masa sekolah saja, sebaiknya lebih dimaksimalkan juga pada seluruh golongan umur, menggalakkan pelestarian budaya, membuat sanggar kebudayaan, dan juga perlombaan seperti pemilihan duta daerah, meskipun bogor sudah menerapkannya, sebaiknya diterapkan pada daerah lain yang juga masih masuk dalam daerah dan kebudayaan Jawa Barat. Untuk itu dorongan pemerintah dan masyarakat keturunan sunda pun sangat diperlukan untuk melestarikan kebudayaan sunda, agar generasi berikutnya tetap dapat mengenal dan melestarikan kebudayaan secara turun temurun dan tidak hlang karena bercampur dengan kebudayaan lain.

DAFTAR PUSTAKA

Aditya, Rizky.(2011).Sekilas Budaya Sunda. Diunduh dari http://rizkyaditya23.blogspot.com.Pada tanggal 27 November 2011.

Dixon, Roger L.(2000).Sejarah Suku Sunda.Diunduh dari http://sabda.org.Pada tanggal 27 November 2011.

Janti, Ervina Dyah Kumala.(2011) Calung.Diunduh dari http://www.kidnesia.com. Pada tanggal 27 November 2011.

Kurnia, Iwan.(2007).Budaya Sunda. Diunduh dari http://id.wikipedia.org.Pada tanggal 27 November 2011.

Lia.(2009).Teori Pengetahuan.Diunduh dari http://bidanlia.blogspot.com.Pada tanggal 27 Nivember 2011.

Nadar, Karthik.(2011).Suku Sunda.Diunduh dari http://id.wikipedia.org.Padatanggal 27 November 2011.

Nadar, Karthik.(2011).Bahasa Sunda.Diunduh dari http://id.wikipedia.org.Pada tanggal 27 November 2011.

Nadar, Karthik.(2011).Wayang.Diunduh dari http://su.wikipedia.org.Pada tanggal 27 November 2011.

NN.(2008).Suku Sunda.Diunduh dari http://ragambudayanusantara.blogspot.com.Padatanggal 27 November 2011.

Santoso, Romanita.(1999).Tari Merak.Diunduh dari http://www.bvgnet.nl/meraenst.html. Pada tanggal 27 November 2011.

Seuratnana.(2010).Tari Topeng.Diunduh dari http://seuratnana.wordpress.com.Pada tanggal 27 November 2011.

Sobarna, Cece.(2002).Bahasa Sunda.Diunduh dari http://journal.ui.ac.id.Padatanggal 27 November 2011.

Willyanto, R.(2011).Kesenian.Diunduh dari http://members.tripod.com. Pada tanggal 27 November 2011.