Kehadiran mal untuk menghidupkan sebuah kawasan adalah hal yang jamak. Pada kenyataanya, mal terus menjamur di kota-kota besar seperti jakarta. Bertetangga atau berhadap-hadapan tak jadi soal, selagi punya keunikan dan daya tarik, mal tetap ramai dikunjungi. Sekurangnya ada empat alasan warga metropolitan seperti jakarta membutuhkan mal. Pertama, untuk keperluan bisnis. Wilayah yang luas dan jalan yang macet menjadi alasan banyak pebisnis memilih untuk bertemu dilokasi-lokasi strategis yang mudah dijangkau dari berbagai arah. Itu sebabnya, bisnis kedai kopi yang menawarkan tempat bincang-bincang dan meeting point yang nyaman, tempat seperti itu wajib pula menyediakan akses internet sehingga pengunjung bisa menjelajah internet.
Alasan yang kedua adalah tempat berkumpul keluarga. Banyak pasangan bekerja dari pagi hingga larut malam. Anak di tinggal bersama penggasuh atau nenek. Untuk mengeratkan kembali hubungan anak dan orang tua, pada akhir pekan atau hari libur, mereka melewatkan bersama. Alasan yang ketiga, masih terkait dengan kecenderungan banyak warga kota besar, setelah jenuh mereka membutuhkan tempat untuk menyegarkan kembali semanagat dan pikiran.
Yang terakhir, sebagai pusat perbelanjaan, tentu saja mal dipenuhi berbagai toko yang mengusung aneka produk sesuai kebutuhan pengunjung. Tetapi kehadiran mal-mal di jakarta bahkan di tempat-tempat lain diluar jakarta, yang saat ini terus berlomba-lomba membangun tempat hiburan yang terbaik tidak sebanding dengan lahan yang ada. Mereka banyak menggunakan lahan-lahan yang seharusnya di gunakan untuk resapan air tanah. Pemanasan global, yang saat ini menjadi isu utama lingkungan, agaknya tidak dihiraukan.
Seperti yang dilakukan murid-murid sekolah dasar, tanpa segan-segan para murid datang dari berbagai sekolah di jakarta untuk menanam bakau atau mangrove di kawasan pesisir Pantai Indah Kapuk, Penjaringan, Jakarta. Mereka berada disana karena ingin menjadikan jakarta lebih hijau. Dengan demikian, polusi yang ada bisa berkurang, dan jakarta menjadi tempat yang nyaman untuk hidup.
Diharapkan pohon-pohon bakau tersebut akan menjadi hutan lindung sehingga tidak ada yang boleh menebang pohon mangrove. Jika sudah menjadi hutan tentu bisa menjadi habitat bagi satwa liar seperti burung, biawak, ular, dan monyet. Keberadaan hutan mangrove di jakarta ini juga bisa melindungi akses menuju bandara. Beberapa kali jalan menuju bandara terkena limpasan gelombang laut sehingga menggangu jadwal penerbangan.
Selain mencegah gelombang tinggi dan abrasi pantai, hutan mangrove juga bisa mencegah intrusi air laut masuk lebih jauh ke daratan kota jakarta. Intrusi air laut ini membuat air tanah tidak bisa dimanfaatkan oleh masyarakat kota jakarta dan jenis pohon bakau atau mangrove ini termasuk tanaman yang menyerap karbon paling banyak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar