Kamis, 27 Mei 2010

BUMI SEDANG SEKARAT AKIBAT PERUBAHAN IKLIM

Bumi sedang sekarat. Suhu udara semakin panas, cuaca dan iklim tidak menentu. Ini adalah sebagian kecil dari akibat yang ditimbulkan pemanasan global (global warming), proses peningkatan suhu rata-rata atmosfer, laut, dan daratan bumi. Parahnya lagi sebagaimana ditegaskan para ilmuan dunia, pemanasan global yang berdampak pada perubahan iklim tersebut akibat aktivitas manusia. Abad ini, peningkatan suhu global naik menjadi 1,4 sampai 5,8 derajat celcius. Sejumlah hal yang diperkirakan akan melanda Indonesia antara lain kenaikan permukaan air laut yang akan menggenagi daratan sejauh 50 meter dari garis pantai kepulauan Indonesia, di sepanjang 81.000 kilometer.
Selain itu, lebih dari 405.000 hektar daratan Indonesia diperkirakan akan tenggelam. Potensi kenaikan permukaan laut akibat perubahan iklim mengancam kawasan pesisir dan 2.000 pulau di Indonesia. Untuk mengatasi itu. Badan perencanaan pembangunan nasional dan korea internasional cooperation agency menyepakati kerja sama perencanaan dan manajemen penyelamatan pesisir. Kerja sama itu mencakup perencanaan antisipasi penurunan permukaan tanah.
Jika air laut naik 50 cm, diperkirakan 2.000 pulau kita akan hilang. Kenaikan itu juga mengancam sejumlah kota berkembang termasuk Jakarta dan kota lain di kawasan pantai utara jakarta. Sejumlah kota di Indonesia juga mengalami ancaman penurunan permukaan tanah, termasuk jakarta, ancaman penurunan permukaan tanah jakarta lebih kritis dibandingkan ancaman kenaikan permukaan laut.
Dalam 30 tahun, permukaan tanah jakarta bisa turun hampir 100 cm. Sementara perhitungan kenaikan permukaan laut dalam 30 tahun berkisar 5-30 cm. Ancaman penurunan tanah juga dialami semarang meski lajunya tidak secepat jakarta.
Berawal dari kondisi itu dan bumi tempat kita tinggal ini harus segera diselamatkan, muncullah ide Earth Hour. Ini adalah salah satu kampanye WWF (World Wildlife Fund), berupa inisiatif global yang mengajak individu, praktisi bisnis, pemerintah, dan sector public lainnya di seluruh dunia untuk ikut serta mematikan lampu selama satu jam. Tujuannya, menghemat konsumsi listrik.
Mengapa listrik, karena ketergantungan manusia pada listrik telah mengakibatkan kenaikan temperature rata-rata bumi dengan drastis. Inilah yang menyebabkan naiknya air permukaan laut, musim kemarau panjang, badai, dan perubahan besar terhadap lingungan hidup di bumi. Sebagai gambaran, konsumsi energi listrik di Indonesia terfokus di Jawa-bali atau sebesar 78persen dari total konsumsi listrik nasional. Bagian Indonesia yang lain mendapat porsi lebih kecil. Berdasarkan data konsumsi listrik tahun 2008. total 29.605 GWH atau 23 persen konsumsi listrik Indonesia terfokus di DKI Jakarta dan Tangerang.
Apabila 10 persen saja penduduk Jakarta berpartisipasi dalam Earth Hour, Jakarta dapat menghemat konsumsi listrik 300 MWh. Padahal caranya sederhana, hanya mematikan lampu selama satu jam saja. Earth Hour masih difokuskan di Jakarta, tahun ini kesadaran masyarakat tampaknya makin luas. Ini menunjukan partisipasi masyarakat semakin tinggi. Terbukti, sejumlah kota, Surabaya, bandung, yogyakarta, dan bali, menyatakan partsisipasinya dalam Earth Hour tahun ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar