Desain
Sistem Pakar
Sistem Pakar Mengenai Gangguan
Fobia
Dasar Teori Fobia
Gangguan
anxietas didiagnosis jika secara
jelas terdapat perasaan cemas yang dialami secara subjektif. DSM-IV-TR
mengajukan enam katagori pertama: fobia,
gangguan panik, gangguan anxietas
menyeluruh, gangguan obsesif kompulsif, gangguan stres pascatrauma, dan
gangguan stres akut. Terkadang seseorang yang menderita satu gangguan anxietas juga memenuhi kriteria
diagnostik gangguan lain, sebuah situasi yang disebut komorbiditas.
Para psikopatologi
mendefinisikan fobia sebagai
penolakan yang menganggu yang diprantarai oleh rasa takut yang tidak
proporsional dengan bahaya yang dikandung oleh objek atau situasi tertentu dan
diakui oleh si penderita sebagai sesuatu yang tidak berdasar. Dengan kata lain,
fobia adalah ketakutan terhadap suatu situasi atau obyek yang jelas (dari luar
individu itu sendiri), yang sebenarnya pada saat kejadian tidak membahayakan.
Dalam keadaan normal setiap orang memiliki kemampuan mengendalikan rasa
takut. Akan tetapi bila seseorang terpapar terus menerus dengan subjek fobia, hal tersebut berpotensi menyebabkan terjadinya fiksasi.
Fiksasi adalah suatu keadaan dimana mental seseorang menjadi
terkunci, yang disebabkan oleh ketidak-mampuan orang yang bersangkutan dalam
mengendalikan perasaan takutnya. Penyebab lain terjadinya fiksasi dapat pula
disebabkan oleh suatu keadaan yang sangat ekstrim seperti trauma bom, terjebak lift dan sebagainya.
Fobia
juga dapat dikatakan sebagai
kecemasan yang luar biasa, terus menerus dan tidak realistis, sebagai respon
terhadap keadaan eksternal tertentu. Fobia dapat berkembang dalam kaitannya dengan
berbagai objek atau situasi, seperti takut ular, tempat tertutup, air, atau
terbang di pesawat. Beberapa istilah yang paling dikenal adalah claustrophobia,
yaitu ketakutan pada ruang tertutup. Agoraphobia, adalah ketakutan
pada tempat umum. Acrophobia, adalah ketakutan pada ketinggian. Animal
phobia, adalah ketakutan pada jenis binatang tertentu. Blood phobia,
adalah ketakutan pada darah.
Pada kebanyakan kasus, fobia banyak dialami oleh wanita
dibandingkan dengan pria. Fobia sendiri dibagi menjadi dua macam kategori yaitu
fobia spesifik, agrofobia dan fobia sosial:
Fobia Spesifik
Fobia spesifik adalah ketakutan yang beralasan yang
disebabkan oleh kehadiran atau antisipasi suatu objek atau situasi spesifik.
Lebih ringkasnya fobia ini disebabkan oleh obyek atau situasi spesifik.
DSM-IV-TR membagi fobia berdasarkan sumber ketakutannya: darah, cedera, dan
penyuntikan, situasi (seperti pesawat terbang, lift, ruang tertutup), binatang,
dan lingkungan alami (seperti ketinggian, air).
Agorafobia
Fobia yang didefinisikan dalam Diagnostic and Statistical
Manual (DSM-IV) dari American Psychiatric
Association, sebagai rasa takut berada di tempat atau situasi, ketika
meloloskan diri dianggap sulit atau memalukan, atau ketika pertolongan mungkin tidak
diperoleh jika ia mengalami serangan panik atau gejala mirip panik.
Fobia
Sosial
Fobia sosial adalah ketakutan menetap dan tidak rasional yang
umumnya berkaitan dengan keberadaan orang lain. Individu yang mengalami fobia
sosial biasanya menghindari situasi yang membuat dia merasa dievaluasi,
mengalami kecemasan, atau melakukan perilaku yang tidak seharusnya.
Sistem
Pakar Mengenai Gangguan Fobia
Data I
Gejala-gejala phobia
W. F. Maramis menjelaskan diantara gejala-gejala atau simptom-simptom fobia adalah rasa takut yang diderita oleh klien dapat
mengakibatkan perasaan seperti akan pingsan, rasa lelah, palpitasi,
berkeringat, mual, tremor, dan panik. Menurut A. Supratiknyo, biasanya disertai
simptom-simptom lain seperti : pusing-pusing, sakit punggung, sakit perut dan
sebagainya.
Bila seseorang yang menderita fobia melihat atau bertemu atau berada pada situasi yang
membuatnya takut (phobia), gejalanya
adalah sebagai berikut: Jantung berdebar kencang, kesulitan mengatur napas, dada terasa sakit, wajah memerah dan berkeringat,
merasa sakit,
gemetar,
pusing,
mulut terasa kering,
merasa perlu pergi ke toilet,
merasa lemas dan akhirnya
pingsan.
Referensi lain menyebutkan ada beberapa gejala yang
dapat menunjukkan fobia, seperti yang
disebutkan oleh American Psychiatric
Association: Perasaan teror, panik, horor, atau ketakutan, pemahaman diri
bahwa rasa takut melampaui bahaya yang sebenarnya, ketakutan yang begitu
ekstrem sehingga mengganggu pikiran dan tindakan, gejala fisik seperti rasa
sesak napas, jantung berdetak cepat atau gemetar, keluar dari situasi yang
selama ini memicu fobia, seperti terbang.
Data II
Kriteria DSM-IV-TR untuk fobia
(1)
Ketakutan yang berlebihan, tidak beralasan, dan menetap yang dipicu oleh objek
atau situasi
(2) Keterpaparan dengan pemicu menyebabkan kecemasan intens
(2) Keterpaparan dengan pemicu menyebabkan kecemasan intens
(3)
Orang tersebut menyadari ketakutannya tidak realistis
Input
Klien mengalami ketakutan
terhadap suatu situasi atau objek yang jelas (dari luar individu itu sendiri),
yang sebenarnya pada saat kejadian tidak membahayakan. Contohnya, takut
terhadap binatang anjing. Klien tidak pernah berani keluar dari rumah dan
memiliki ketakutan yang berlebihan, pingsan,
rasa lelah, berkeringat, mual, dan panik karena selalu ada
anjing yang bermain didepan rumahnya. Sehingga menganggu aktivitas
sehari-harinya. Awal mula klien mengalami ketakutan karena klien pernah digigit
oleh anjing ketika hendak pergi dari rumah. Mulai dari peristiwa tersebut klien
mengalami ketakutan yang luar biasa terhadap binatang anjing.
“Bagaimana
mengobati atau menghilangkan gangguan atau ketakutan terhadap binatang anjing tersebut??”
Proses
Basis Pengetahuan (Knowledge Base), berisi fakta-fakta, teori, pemikiran, dan hubungan antara satu dengan yang lainnya.
Mesin Inferensi (Inference Engine), yaitu kemampuan menarik kesimpulan berdasarkan pengalaman atau aturan.
Basis Pengetahuan (Knowledge Base), berisi fakta-fakta, teori, pemikiran, dan hubungan antara satu dengan yang lainnya.
Mesin Inferensi (Inference Engine), yaitu kemampuan menarik kesimpulan berdasarkan pengalaman atau aturan.
Output
(Diagnosis dan Penanganan atau Treatment)
Berdasarkan
pengalaman-pengalaman yang dialami dan gejala-gejala yang ditimbulkan nya. Gejala-gejala
itu dapat mengarah kepada gangguan “fobia”.
Menurut gejala-gejala fobia dan kriteria DSM-IV-TR untuk fobia yang telah dijelaskan dalam
pembahasan diatas, maka klien didiagnosis mengalami “Gangguan Fobia” tersebut.
Penanganan
Penderita Fobia
Dalam penanganan penderita fobia, penderita tidak bisa menyembuhkan dirinya sendiri sehingga
haruslah dibantu oleh terapis yang kompeten dibidangnya. Banyak sekali terapi
yang dapat dilakukan. Berikut adalah beberapa pendekatan terapi yang bisa
dilakukan.
a. Pendekatan
Psikoanalisa
1) Pengungkapan kecemasan yang direpresi
2) Penyelesaian konflik masa kanak-kanak
b.
Pendekatan Behavioral
2)
Flooding, yaitu teknik
terapeutik dimana klien dipaparkan dengan sumber fobia dalam intensitas penuh. Klien yang takut kepada anjing (cynophobia), dimasukkan ke dalam ruangan
dengan beberapa ekor anjing jinak, sampai ia tidak ketakutan lagi.
3)
Modelling, yaitu teknik lain
yang menggunakan pemaparan terhadap berbagai situasi yang ditakuti. Dalam terapi
modeling, klien yang ketakutan melihat orang lain yang berinteraksi dengan
objek melalui film atau secara langsung fobik tanpa rasa takut, contohnya, memegang
ular yang tidak berbisa atau mengusap-usap anjing yang jinak.
4)
Pendekatan Kognitif yaitu Eliminasi
irational belief, dengan cara menghapuskan pemikiran yang irasional.
5)
Pendekatan Biologis yaitu dengan
menggunakan obat-obatan seperti sedative, transquilizer, dan anxyolitic.
6) Hypnotheraphy,
klien diberi sugesti-sugesti untuk menghilangkan fobia.
7) Reframing,
klien disuruh membayangkan kembali menuju masa lampau dimana permulaannya klien
mengalami fobia, ditempat itu
dibentuk suatu manusia baru yang tidak takut lagi pada fobia nya.
Penanganan penderita fobia juga dapat
dilakukan dengan:
a.Terapi
berbicara.
Perawatan ini seringkali efektif untuk mengatasi berbagai fobia. Jenis terapi bicara yang bisa
digunakan adalah:
1.
Konseling: konselor biasanya
akan mendengarkan permasalahan seseorang, seperti ketakutannya saat berhadapan
dengan barang atau situasi yang membuatnya fobia.
Setelah itu konselor akan memberikan cara untuk mengatasinya.
2.
Psikoterapi:
seorang psikoterapis akan menggunakan pendekatan secara mendalam untuk
menemukan penyebabnya dan memberi saran bagaimana cara-cara yang bisa dilakukan
untuk mengatasinya.
3.
Terapi
perilaku kognitif (Cognitive
Behavioural Therapy/CBT): yaitu suatu konseling yang akan menggali pikiran,
perasaan dan perilaku seseorang dalam rangka mengembangkan cara-cara praktif
yang efektif untuk melawan fobia.
b.
Terapi pemaparan diri (Desensitisation).
Orang yang mengalami fobia
sederhana bisa diobati dengan menggunakan bentuk terapi perilaku yang dikenal
dengan terapi pemaparan diri. Terapi ini dilakukan secara bertahap selama
periode waktu tertentu dengan melibatkan objek atau situasi yang membuatnya
takut. Secara perlahan-lahan seseorang akan mulai merasa tidak cemas atau takut
lagi terhadap hal tersebut. Kadang-kadang dikombinasikan dengan pengobatan dan
terapi perilaku.
c. Menggunakan obat-obatan
Penggunaan obat sebenarnya tidak dianjurkan untuk mengatasi fobia, karena biasanya dengan terapi
bicara saja sudah cukup berhasil. Namun, obat-obatan ini dipergunakan untuk mengatasi
efek dari fobia seperti cemas yang
berlebihan.
Terdapat
3 jenis obat yang direkomendasikan untuk mengatasi kecemasan, yaitu:
1.
Antidepresan: obat ini sering diresepkan untuk mengurangi rasa cemas,
penggunaannya dizinkan untuk mengatasi fobia
yang berhubungan dengan sosial (social
phobia).
2.
Obat penenang: biasanya menggunakan obat yang mengandung turunan benzodiazepines. Obat ini bisa digunakan
untuk mengatasi kecemasan yang parah, tapi dosis yang digunakan harus serendah
mungkin dan penggunaannya sesingkat mungkin yaitu maksimal 4 minggu. Ini
dikarenakan obat tersebut berhubungan efek ketergantungan.
3.
Beta-blocker: obat ini biasanya digunakan untuk mengobati masalah yang
berhubungan dengan kardiovaskular, seperti masalah jantung dan tekanan darah
tinggi (hipertensi). Karena berguna untuk mengurangi kecemasan yang disertai
detak jantung tak beraturan.
“Setelah
mendapatkan dan menjalankan penanganan atau treatment, gangguan terhadap
ketakutan binatang anjing terhadap klien dapat disembukan atau dihilangkan.
Kini klien sudah dapat dikatakan sembuh dari gangguan fobia nya terhadap
binatang anjing. Kini klien dapat melakukan aktivitas nya kembali tanpa
terganggu dengan gangguan yang dahulu pernah dialaminya.”
Sumber:
Davison
G C., Neale J M., dan Kring A M. (2010). Psikologi
abnormal. Jakarta: Rajawali Pers.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar