Minggu, 21 November 2010

KEMAMPUAN DAN KREATIVITAS ANAK PRA SEKOLAH

BAB I
PENDAHULUAN

Pembinaan proses pendidikan atau belajar sejak usia dini merupakan upaya strategis bagi pengembangan sumberdaya manusia. Soejiarto (1996) mengatakan memulai pembinaan pendidikan pada usia taman kanak-kanak dipandang terlambat, pembinaan pendidikan harus dimulai sejak usia 0 tahun. Masa-masa semenjak kelahiran hingga tiga tahun merupakan masa yang spesial dalam kehidupan anak.
Belajar adalah proses memperoleh berbagai kecakapan , keterampilan dan sikap. Kemampuan orang untuk belajar ialah ciri penting yang membedakan dari jenis-jenis makhluk lain, itu memberikan manfaat bagi individu dan juga masyarakat. Bagi individu dalam kebudayaan kita, kemampuan untuk belajar secara terus menerus memberikan sumbangan bagi pengembangan berbagai ragam gaya hidup.
Bagi masyarakat, belajar memainkan peranan penting dalam penerusan kebudayaan berupa kumpulan pengetahuan ke generasi baru. Hal ini memungkinkan temuan-temuan baru berdasarkan perkembangan di waktu sebelumnya.Umumnya, orang tidak tahu teknik mana yang haus digunakan untuk memunculkan ide baru, atau cara mengembangkan bakat yang alami. Mereka belum pernah menjalani pelatihan, atau tidak punya latar belakang kreativitas apapun.
Di Indonesia sesungguhnya telah terdapat beragai upaya untuk menangani pembinaan anak sejak usia pra-sekolah namun jumlah dan jangkauannya masih sangat terbatas. Taman kanak-kanak hanya menjangkau kurang dari 20% anak usia taman kanak-kanak. Sedangkan penitipan anak dan kelompok bermain belum menjangkau 1% anak usia di bawah 5 tahun (Soedjiono, 1996). Kenyataan ini cukup memprihatinkan karena kita ketahui bahwa semakin banyak perempuan yang bekerja di luar rumah. Masalah yang dihadapi para ibu yang mempunyai anak balita adalah memperoleh pengasuh pengganti yang dapat dipercaya untuk mengasuh, merawat, dan mendidik anaknya. Usia pra-sekolah sangat membutuhkan keleluasaan untuk bermain dan pengembangan berbagai fungsi psikologik, sambil bermain anak dapat belajar. Bermain merupakan bagian penting dalam pendidikan anak menuju perkembangan normal sesuai dengan kodrat anak.

BAB II
PEMBAHASAN

A. KEMAMPUAN ANAK PRA SEKOLAH
Anak usia prasekolah memiliki kemampuan perkembangan yang lebih baik dari usia sebelumnya. Rangsang berbagai keterampilan dan kreativitas yang dimilikinya agar kelak ia tumbuh menjadi pribadi yang cerdas, mandiri dan bijak. Berikut sejumlah aspek perkembangan anak usia 3-5 tahun.
KETERAMPILAN MOTORIK
Dalam teori perkembangan anak, keterampilan motorik berkoordinasi dengan otak. Jadi, amat memengaruhi kemampuan kognitif (berpikir). Contoh, bila mereka terampil menggambar, menggunting atau menempel, maka gerakan-gerakan halus ini kelak akan membantu anak lebih mudah belajar menulis. Anak-anak SD yang sangat kaku memegang pensil dan tulisannya tak beraturan, bisa jadi akibat kemampuan motorik halusnya tak dilatih dengan baik sewaktu kecil.Di usia prasekolah, gerakan tangan anak (handstroke) sudah pada taraf membuat pola (pattern making). Ini tingkat paling sulit karena anak harus membuat bangun/bentuk sendiri. Jadi, betul-betul dituntut hanya mengandalkan imajinasinya. Misal, menggambar bebas, mencipta mobil balap dari lego atau membangun rumah dari balok-balok aneka warna.
Sedangkan pada keterampilan motorik kasar, anak usia prasekolah sudah mampu menggerakkan seluruh anggota tubuhnya untuk melakukan gerakan-gerakan seperti berlari, memanjat, naik-turun tangga, melempar bola, bahkan melakukan dua gerakan sekaligus seperti melompat sambil melempar bola.
KETERAMPILAN KREATIVITAS
Kreativitas imajiner (orang, benda, atau binatang yang diciptakan anak dalam khayalannya) dan animasi (kecenderungan mengganggap benda mati sebagai benda hidup) yang merupakan kreativitas awal di masa batita sudah mulai ditinggalkan. Sebagai gantinya, anak prasekolah cenderung melakukan dusta putih (white lie) atau membual.
Tujuannya bukan untuk menipu orang lain, tapi karena ia merasa yakin hal itu benar. Ia ingin bualannya didengar. Perlu diketahui, pada masa prasekolah, anak sudah mulai menunjukkan ego dan otoritasnya. Misal, ia melihat seekor naga hitam melintas di depan rumah. Anak ini merasa yakin dan ingin orang lain juga turut meyakininya.
Kelak, sejalan dengan pertambahan usianya dimana anak mulai membedakan antara khayalan dan kenyataan, kebiasaan membual mulai hilang. Sebaliknya, orang dewasa juga jangan membiarkan anak untuk terus-terusan membual berlebihan. Sebab, bila hal ini dibiarkan, membual dan melebih-lebihkan yang dilakukan dengan tujuan mengesankan orang lain, malah berbuah menjadi kebohongan yang mungkin menjadi kebiasaan.
KETERAMPILAN BAHASA
Pada usia 4 tahun, anak mulai dapat merangkai kata lebih banyak lagi. Di usia ini ada sekitar 1.000 sampai 1.500 kata yang sudah dapat diucapkannya. Seiring dengan pertumbuhannya, kata yang dimilikinya akan terus bertambah.
Salah satu bentuk kalimat umum yang paling sering digunakan anak-anak adalah kalimat bertanya. Ini sejalan dengan tahapan perkembangan kognitifnya yang selalu ingin tahu tentang segala hal. Itu sebabnya, mereka cenderung “ceriwis” karena banyak bertanya dan koleksi kata-katanya pun semakin banyak. Kadang kata-kata yang diucapkannya masih terdengar lucu. Hingga banyak orang tua sangat suka mendengar perkataan-perkataan mereka.
KETERAMPILAN EMOSI
Salah satu tolok ukur kepribadian yang baik adalah kematangan emosi. Semakin matang emosi seseorang, akan kian stabil pula kepribadiannya. Di sini, pengendalian emosi merupakan kuncinya. Kapan dan dalam situasi apa dia bisa mengekspresikan emosinya, serta kapan dia mesti bersabar. Ketidakmampuan mengendalikan emosi, terutama emosi negatif seperti marah, bisa menghambat interaksi anak dengan lingkungannya.
Untuk anak usia prasekolah, kemampuan mengekspresikan diri bisa dimulai dengan mengajari anak mengungkapkan emosinya. Saat kesal karena ayah tak memenuhi janji membelikan mainan, boleh-boleh saja ia melampiaskan rasa kesalnya. Entah dengan sikap cemberut atau bahkan menangis. Hanya saja pelampiasan rasa kecewa tersebut jangan sampai kebablasan. Contoh, anak boleh marah, tapi jangan sampai mengamuk apalagi merusak barang-barang yang ada di rumah.
Jadi, anak prasekolah dapat diajarkan bersikap asertif, yaitu sikap untuk menjaga hak-haknya tanpa harus merugikan orang lain. Saat mainannya direbut, kondisikan agar anak melakukan pembelaan. Entah dengan ucapan, semisal, “Itu mainan saya. Ayo kembalikan!”, atau dengan mengambil kembali mainan tersebut tanpa membahayakan siapa pun.
KETERAMPILAN SOSIAL
Usia prasekolah memberi kesempatan luas kepada anak untuk mengembangkan keterampilan sosialnya. Di usia inilah ia mulai melihat dunia lain di luar dunia rumah bersama ayah-ibu.
Kemampuan bersosialisasi harus terus diasah. Sebab, seberapa jauh anak bisa meniti kesuksesannya, amat ditentukan oleh banyaknya relasi yang sudah dijalin. Banyaknya teman juga membuat anak tidak gampang stres karena ia bisa lebih leluasa memutuskan kepada siapa akan curhat. Sedini mungkin orang tua mesti membukakan jalan baginya.
Mulailah ketika usia anak menginjak batita, saat anak sudah bisa dikenalkan pada sebayanya, apakah itu sepupu, tetangga, atau anak-anak di kelompok bermain. Silaturahmi antar keluarga pun sangat efektif membina sosialisasi anak.
KETERAMPILAN MORAL
Kemampuan sosialisasi yang berkembang membawa anak usia prasekolah masuk ke dalam berbagai kelompok baru di luar rumah, yaitu sekolah dan lingkungan sekitarnya. Sebagai bagian dari kelompok, anak prasekolah belajar mematuhi aturan kelompok dan menyadari konsekuensinya bila tidak mengikuti aturan tersebut.
Karena anak prasekolah belum mampu berpikir secara abstrak, mereka mendefinisikan “perilaku baik” dalam bentuk tindakan tertentu semisal, mematuhi omongan ibu atau membantu orang lain. Jika tidak melakukan hal-hal tersebut, mereka mengatakannya sebagai “hal yang jelek”.Anak usia prasekolah belajar perilaku moral lewat peniruan. Itulah sebabnya, orang-orang dewasa harus menghindari melakukan hal-hal yang buruk, semisal bicara kasar, memukul, mencela, dan lain-lainnya di depan anak.
KETERAMPILAN JENDER
Anak prasekolah sudah mampu membedakan pria dan wanita yang dilihat dari penampilan yang berbeda, pakaian yang berbeda dan rambut yang berbeda. Beberapa anak juga mulai memahami organ-organ tubuh yang berbeda pada pria dan wanita karena orang tua mereka mulai memperkenalkannya, entah lewat pengamatan langsung atau lewat buku-buku. Tetapi tidak semua anak di usia ini punya keterampilan membedakan melalui anatomi fisik/organ intim karena beberapa orang tua masih enggan membicarakan soal peran seks pada anak mereka di usia prasekolah.
Kemampuan membedakan jender juga dipelajari mereka lewat alat bermain dan peran-peran umum yang dimainkan ayah dan ibu. Misalnya, anak lelaki bermain bola dan anak perempuan bermain boneka. Ayah memperbaiki mobil, bertukang, sementara ibu berkebun dan memasak di dapur.Kemampuan jender anak usia prasekolah lebih banyak dikenalkan oleh orang tua dan anak usia prasekolah belajar memerankan jender dengan meniru. Misalnya, anak lelaki meniru gaya pakaian ayahnya dan anak perempuan meniru cara berdandan ibunya.
KETERAMPILAN BERMAIN
Pengembangan kemampuan anak usia pra-sekolah dilakukan melalui kegiatan bermain, karena dunia anak adalah dunia bermain. Ahmadi (19991: 69) memberikan pengertian “Bermain adalah suatu perbuatan yang mengandung keasyikan dan dilakukan atas dasar kehendak diri sendiri, bebas tanpa paksaan dengan tujuan untuk memperoleh kesenangan pada waktu mengadakan kegiatan tersebut”. Buchori (1978: 118) juga memberikan batasan bermain, yaitu “gejala kodrati anak yang dapat diamati di mana ia hidup dengan latar belakang budaya apapun”.
Anak juga mulai mengenal permainan yang bersifat konstruktif. Yang paling umum adalah membuat benda dan menggambar. Selain itu, pengenalannya terhadap konsep bentuk dan warna juga sudah terasah sehingga ragam mainan yang dapat dimainkannya juga lebih banyak. Umpama bermain pasir, tanah, balok, cat, kertas, lem, melukis, dan lain-lain.
Didukung oleh kemampuan bahasa dan bicaranya yang juga berkembang pesat, anak prasekolah mulai mengerti aturan permainan sederhana.

B. FUNGSI BERMAIN BAGI ANAK

Bermain secara umum telah diakui sangat penting bagi kesejahteraan manusia, baik bagi orang dewasa, terlebih bagi anak-anak. Menurut Spencer dalam Monks (1992), bermain mempunyai fungsi menyalurkan sisa-sisa energi. Menurut Isaac dalam Cohen (1977) bermain mempunyai tiga fungsi mayor yaitu:a.Mengarahkan pada penemuan, penalaran, dan pemikiran.b.Sebagai jembatan dalam hubungan sosial.c.Mengarahkan pada keseimbangan emosi.Sedangkan Harfley dalam Moeslichatoen (1999) menyebutkan delapan fungsi bermain, yaitu:a.Menirukan orang dewasa.b.Dapat memerankan kehidupan nyata dengan cara yang sungguh dan bersemangat.c.Untuk mengekspresikan hubungan dan pengalaman.d.Untuk mengekspresikan kebutuhan dan pengalaman.e.Membebaskan impuls-impuls yang tidak diterima.f.Dapat membalikkan peran yang diterima.g.Sebagai cermin pertumbuhan.h.Untuk memecahkan problem dan bereksperimen.

C. PERKEMBANGAN BAHASA ANAK USIA PRA-SEKOLAH

Perkembangan bahasa berlangsung sejak bayi hingga akhir hayat. Bayi mulai memperoleh bahasa ketika berumur kurang satu tahun, sebelum dapat mengucapkan suatu kata. Pada tahun pertama sejak kelahiran bayi mulai menoceh, bermain dengan bunyi seperti halnya bermain dengan jari-jari tangan dan jari-jari kakinya. Menginjak umur 6 bulan, bayi mulai mengerti makna dari bunyi-bunyi yang didengarnya. Pada usia sekitar 9 bulan bayi mulai menggunakan satu kata atau bunyi atau beberapa kombinasi bunyi untuk mengekspresikan idenya.
Pada umur 1 hingga 2 tahun bahasa anak berkembang secara cepat. Anak mulai meniru orang dewasa di sekitarnya, mencontoh intonasi dan gesture pada saat orang dewasa menggunakan bahasa. Anak mulai mengkombinasikan dua kata. Anak mulai dapat mengucapkan “Ma, mimik” yang berarti “Mama saya minta minum”. Pada tahap dua kata ini anak akan mulai mengenal berbagai makna kata tetapi belum dapat menggunakan bentuk bahasa yang menunjukkan jumlah, jenis kelamin dan waktu terjadinya peristiwa.
Pada akhir umur ketiga, anak-anak sudah dapat menggunakan sekitar 1000 kata dan dapat mengerti lebih dari itu. Beberapa kata digunakan untuk menjelaskan satu objek atau ide. Pada umur 3 hingga 4 tahun anak-anak menggunakan kombinasi kalimat yang lebih kompleks yang terdiri dari kata ganti, kata sifat, kata keterangan, kata ganti kepunyaan.
Pada umur 4 hingga 5 tahun anak-anak telah mendapatkan hampir seluruh elemen bahasa orang dewasa. Kalimat-kalimatnya mencapai sekitar 3000 kata. Pada umur ini anak-anak mulai bercerita tentang kehidupannya, yang dikerjakan dan cara mengerjakannya, seolah-olah antara kata dan perbuatan menjadi satu kesatuan. Pada umur 5 sampai 6 tahun bahasa anak-anak dan orang dewasa telah sama. Hampir seluruh aturan gramatikal telah dikuasai, dan pola bahasanya telah kompleks. Anak-anak dapat membuat pertanyaan, pertanyaan negatif, kalimat majemuk, dan berbagai bentuk kalimat.

Dengan adanya kemampuan atau ketrampilan yang telah dibahas di atas, hal itu menjadi modal bagi anak pra sekolah untuk meningkatkan kreativitasnya.
Salah satu cara untuk meningkatkan kreativitas anak usia prasekolah adalah dengan bermain, adapun bentuk permainan yang meningkatkan kreativitas adalah permainan konstruktif, dimana anak diberi kebebasan untuk mengembangkan daya imajinasinya. Adapun permainan konstruktif yang digunakan adalah lego, puzzle dan plastisin. Tujuannya adalah untuk melihat sejauh mana efektivitas permainan konstruktif yang diberikan pada anak usia prasekolah terhadap usaha peningkatan kreativitas.
Berikut akan dijelaskan mengenai kreativitas.

D. PENGERTIAN KREATIVITAS
Kreativitas didefinisikan secara berbeda-beda oleh pakar berdasarkan sudut pandang masing-masing. Perbedaan dalam sudut pandang ini menghasilkan berbagai kreativitas dengan penekanan yang berbeda-beda seperti berikut ini :
Barron mendefinisikan kreativitas adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru . Sesuatu yang baru di sini bukan berarti harus sama sekali baru, tetapi dapat juga sebagai kombinasi dari unsur-unsur yang telah ada sebelumnya.
Guilford menyatakan bahwa kreativitas mengacu pada kemampuan yang menandai ciri-ciri seorang kreatif.
Rogers mendefinisikan kreativitas sebagai proses munculnya hasil-hasil baru ke dalam suatu tindakan . Hasil-hasil baru itu muncul dari sifat-sifat individu yang unik yang berinteraksi dengan individu lain, pengalaman, maupun keadaan hidupnya.
Dari definisi-definisi di atas disimpulkan bahwa kreativitas adalah kemampuan untuk menciptakan atau menemukan sesuatu yang baru, dan atau memodifikasi sesuatu yang sudah ada sehingga manfaatnya bernilai lebih dibanding sebelumnnya.
Ciri-ciri kepribadian kreatif
Biasanya anak yang kreatif selalu ingin tahu, memiliki minat yang luas dan menyukai kegemaran dan aktivitas yang kreatif. Anak dan remaja kreatif biasanya cukup mandiri dan memiliki rasa percaya diri. Mereka lebih berani mengambil resiko (tetapi dengan perhitungan) daripada anak-anak pada umumnya. Artinya dalam melakukan sesuatu yang bagi mereka amat penting dan disukai mereka tidak terlalu menghiraukan kritik atau ejekan orang lain.
Mereka pun tidak takut untuk membuat kesalahan dan mengemukakan pendapat mereka walaupun mungkin tidak disetujui orang lain. Orang yang inovatif berani untuk berbeda, menonjol, membuat kejutan atau menyimpang dari tradisi. Rasa percaya diri, keuletan dan ketekunan membuat mereka tidak putus asa dalam mencapai tujuan mereka.
Utami Munandar ( 1992 ) mengemukakan ciri-ciri kreativitas antara lain sebagai berikut : Senang mencari pengalaman baru, memiliki keasyikan dalam mengerjakan tugas-tugas yang sulit, memiliki inisiatif, memiliki ketekunan yang tinggi, cenderung kritis terhadap orang lain, berani menyatakan pendapat dan keyakinannya, selalu ingin tahu.
Tahap-tahap Kreativitas
Wallas ( Solso,1991 ) mengemukakan empat tahapan proses kreatif yaitu :
Persiapan ( Preparation ). Pada tahap ini, individu berusaha mengumpulkan informasi atau data untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Individu mencoba memikirkan berbagai alaternatif pemecahan masalah terhadap masalah yang dihadapi.
Inkubasi ( Incubation ). Pada tahap ini, proses pemecahan masalah “dierami “ dalam alam prasadar. Individu seolah-olah melepaskan diri untuk sementara waktu dari masalah yang dihadapinya, dalam pengertian tidak memikirkannnya secara sadar melainkan mengendapakannya dalam alam prasadar.
Iluminasi ( Illumination ). Tahap ini sering disebut sebagai sebagai tahap timbulnya insight. Pada tahap ini sudah dapat timbul inspirasi atau gagasan-gagasan baru serta proses-proses psikologis yang mengawali dan mengikuti munculnya inspirasi atau gagasan-gagasan baru. Ini timbul setelah diendapkan dalam waktu yang lama atau bisa juga sebentar pada tahap inkubasi.
Verifikasi ( Verification ). Pada tahap ini, gagasan yang telah muncul dievaluasi secara kritis dan konvergen serta menghadapakannya kepada realitas. Pada tahap ini pemikiran divergen harus diikuti dengan pemikiran konvergen. Pemikiran dan sikap spontan harus diikuti oleh pemikiran selektif dan sengaja. Penerimaan secara total harus diiikuti oleh kritik . Filsafat harus diikuti oleh pemikiran logis. Keberanian harus diikuti oleh sikap hati-hati. Imajinasi harus diikuti oleh pengujian terhadap realitas. Jadi pada tahap preparation, incubation, dan illumination adalah proses berpikir divergen yang menonjol maka dalam tahap verification yang lebih menonjol adalah proses berpikir konvergen.
Mengajarkan kreativitas
Menurut Klausmeir langkah-langkah yang diperlukan dalam pembentukan keterampilan memecahkan masalah berlaku pula untuk pembentukan kreativitas. Sekolah dapat menolong siswa mengembangkan keterampilan memecahkan masalah dan sekaligus mengembangkan kreativitas. Dari hasail-hasil penelitian tentang kreativitas dapat dikemukakan asas-asas pengembangan kreativitas ( Klausmeier & Ripple,1971 ) sebagai berikut :
Berekspresi.
Mendorong ekspresi kreatif. Untuk mendorong penemuan-penemuan atau tingkah laku kreatif Torance ( 1965 ) mengemukakan saran-saran tentang apa yang dapat dilakukan guru terhadap siswanya sebagai berikut : Hargailah pertanyaan-pertanyaannya, termasuk yang kelihatan aneh atau luar biasa; Hargailah gagasan-gagasan yang imaginatif dan kreatif; Tunjukkan pada siswa bahwa gagasan-gagasan itu bernilai; Kadang berikanlah kesempatan pada siswa untuk melakukan sesuatu tanpa ancaman akan dinilai; dan Masukkan faktor hubungan sebab akibat di dalam penilaian.
Sifat sensitif dan peka terhadap persoalan, percaya pada diri sendiri dan fleksibel.
Cara-cara mengembangkan kreativitas.
BAB III
KESIMPULAN

Pendidikan prasekolah adalah tahun-tahun kritis dan asas kepada peringkat pendidikan selanjutnya serta menentukan kejayaan hidup seseorang individu. Kajian ini mengenai kesan prasekolah membuktikan bahwa pendidikan prasekolah dapat meningkatkan perkembangan kognitif, sosial dan personaliti kanak-kanak dan mempunyai dua kesan positif, yaitu jangka panjang dan pendek.
Telah dijelaskan pendidikan itu adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian anak baik di luar dan di dalam sekolah dan berlangsung seumur hidup. Dan pengertian tersurat suatu pernyataan bahwa pendidikan berlangsung di luar dan di dalam sekolah. Pendidikan di luar sekolah dapat terjadi dalam keluarga dan di dalam masyarakat. Jadi pendidikan itu berlangsung seumur hidup dimulai dari keluarga kemudian diteruskan dalam lingkungan sekolah dan masyarakat.
Manusia sebagai makhluk hidup selalu ingin berkembang. Keinginan ini secara manusia tidak terbatas, akan tetapi kemampuan manusia yang membatasi keinginan tersebut. Oleh karena itu keinginan untuk berkembang berlangsung mulai dan lahir sampai meninggal dunia. Untuk mengembangkan diri itu manusia memerlukan bantuan. Karena keinginan untuk perkembangan itu berlangsung dari lahir sampai meninggal, maka kebutuhan untuk mendapatkan bantuan itu juga harus berlangsung seumur hidup.
Dengan demikian, diharapkan anak pra sekolah menjadi aktif dalam lingkungan yang memupuk perkembangan keterampilan dan kemampuan baru. Kebutuhan sosial akan kreativitas dirasakan di mana-mana, dan tampak dalam sistem pendidikan, penggunaan waktu luang, pengembangan ilmu pengetahuan dan kehidupan keluarga.
Makna dari pengembangan kreativitas berkaitan dengan kualitas perwujudan diri, peningkatan kemampuan berpikir kreatif, kepuasan dalam mencipta, dan peningkatan kualitas hidup.

BAB IV
KESIMPULAN

http://meetabied.wordpress.com/2010/03/20/meningkatkan-kreativitas-anak-dalam-belajar-matematika/
http://etd.eprints.ums.ac.id/852/
http://www.doyseta.co.cc/2010/05/meningkatkan-kemampuan-berbicara-anak.htmlhttp://beningembun-apriliasya.blogspot.com/2010/07/peningkatan-kemampuan-berbahasa-anak.htmlhttp://mediasurviva.wordpress.com/2009/06/09/kemampuan-anak-pra-sekolah/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar