Pada Juni kemarin sesungguhnya di Indonesia telah memasuki kemarau. Namun, di beberapa wilayah masih terjadi banyak hujan yang bersifat sporadis dengan intensitas tinggi. Hal ini merupakan dampak dari anomali suhu muka laut yang terjadi di wilayah Indonesia dan di ekuator Pasifik. Kepala Bidang Klimatologi dan Kualitas Udara Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengatakan, saat ini sebagian besar wilayah perairan Indonesia masih hangat. Peningkatan suhu antara 0,5 dan 1,3 derajat celsius. ”Menghangatnya suhu muka laut menyebabkan tingginya penguapan sehingga banyak terbentuk awan hujan yang intensif,” ujarnya.
Kondisi ini terpantau sejak bulan lalu. Sementara itu, pengaruh El Nino—menghangatnya suhu muka laut di sebelah timur ekuator Pasifik—yang terjadi sejak tahun lalu yang sekarang tidak terpantau lagi. Suhu muka laut saat ini dalam kondisi normal. Proses penurunan suhu telah terlihat sejak Februari. El Nino meluruh sekitar akhir Mei dan awal Juni, bahkan sekarang ada kecenderungan La Nina. Kebalikan dengan El Nino, saat fenomena La Nina, suhu muka laut di barat wilayah khatulistiwa Pasifik mendingin.
Mendinginnya suhu muka laut menimbulkan tekanan udara yang tinggi. Sebaliknya, Indonesia yang berada di timur Pasifik mengalami tekanan udara yang rendah akibat menghangatnya suhu muka laut di sekitarnya. Kondisi ini menyebabkan massa udara dari barat Pasifik tengah masuk ke wilayah Indonesia sehingga terjadi konvergensi massa udara yang intensif. Kecenderungan ini telah terjadi sejak masa awal kemarau.
Fenomena El Nino 2009-2010 baru saja menghilang sekitar Februari 2010 dan diperkirakan mulai awal Mei 2010 dapat diketahui berubah menuju La Nina. Perubahan sangat cepat ini tergolong ekstrem karena lazimnya terjadi pada periode 2-6 tahun. ”Perubahan yang sangat cepat itu sebagai dampak pemanasan global,” kata Kepala Pusat Perubahan Iklim dan Kualitas Udara Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). Dampak La Nina bagi wilayah Indonesia umumnya mendatangkan intensitas hujan lebih tinggi dibandingkan pola normal. Diperkirakan, La Nina bisa terjadi sampai November atau Desember 2010.
Manajer Laboratorium Teknologi Sistem Kebumian dan Mitigasi Bencana Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) mengatakan, La Nina hingga masuk musim hujan akan berdampak pada meningkatnya curah hujan. Potensi banjir pun menjadi meningkat. Cuaca tidak menentu itu akibat dampak dari Badai La Nina yang membuat anomali cuaca menjadi sedikit dingin di beberapa daerah di tanah air terutama di Jabodetabek. Jadi, wilayah DKI Jakarta, Bogor, Tangerang, dan Bekasi terancam hujan dengan intensitas tinggi yang akan berdampak banjir di daerah tersebut.
Kepala Sub Bidang Pelayanan dan Jasa BMKG Wilayah II Ciputat, Kota Tangsel, mengatakan, melewati bulan September 2010 ini wilayah kepulauan Indonesia akan memasuki kategori iklim La Nina kuat. “Tingginya suhu itu dapat berpotensi menimbulkan banjir karena intensitas hujan deras yang akan turun terus menerus dan dalam waktu yang cukup lama,” ungkapnya yang menjelaskan, seharusnya periode Januari hingga September 2010 wilayah Indonesia masuk dalam kategori iklim La Nina moderat dengan intensitas curah hujan yang tidak terlalu besar.
Sumber: http://cikarangonline.com/2010/10/badai-la-nina-menyebabkan-banjir-di-wilayah-indonesia.html
http://potretartis.com/badai-la-nina-muncul-cuaca-extrem-terjadi.html
kompas.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar